Greenpeace: Mutu Udara di Tiongkok Buruk Namun Membaik
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Langit kota Beijing, yang biasa dipenuhi asap, mengalami sedikit perbaikan pada tahun lalu, kata data Greenpeace, Kamis (22/1), namun tingkat pencemaran masih di atas bakumutu nasional dan internasional.
Kota di Tiongkok sering dilanda pencemaran berat, yang dipersalahkan pada stasiun pembangkit listrik tenaga batubara dan industri serta asap kendaraan bermotor. Pencemaran itu menjadi sumber ketidakpuasan partai pemerintah, Partai Komunis.
Pensiunan pejabat tinggi mengakui bahwa polusi itu dapat membunuh hingga setengah juta orang per tahun.
Tingkat PM2.5 -partikel dengan diameter sangat kecil yang dapat memasuki paru-paru- per tahun turun di 71 dari 74 kota yang diawasi oleh kementerian perlindungan lingkungan, menurut data-data itu.
Namun, di kota dengan tingkat polusi paling tinggi di Tiongkok, Xingtai, tingkat partikel itu masih berada di angka rata-rata 131,4 mikrogram per meter kubik. Di Beijing, jumlahnya 83,2 mikrogram per meter kubik sedangkan di kota pusat keuangan Shanghai jumlahnya mencapai 52,2.
Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan paparan maksimum adalah 25 mikrogram per meter kubik dalam 24 jam serta 10 mikrogram per meter kubik selama satu tahun.
Standar Tiongkok adalah 35 mikrogram per meter kubik selama satu tahun.
Data statistik yang dikeluarkan oleh Greenpeace itu berdasarkan atas data resmi dari Kementerian Perlindungan Lingkungan Tiongkok.
Kementerian itu mencantumkan data tersebut dalam jaringan namun tidak secara terbuka mengumumkan catatan data atau tingkat rata-rata di masa lalu.
Data-data itu dikumpulkan oleh Fresh-Ideas Studio, operator pengawas polusi populer.
Data itu menunjukkan bahwa Xingtai, di provinsi utara, Hebei, mengalami perbaikan15,3 persen, sedangkan kadar polutan di Beijing turun 7,7 persen sementara di Shanghai turun 14,0 persen.
Kelompok kampanye lingkungan itu juga mengeluarkan film pendek terkait topik tersebut karya sutradara Jia Zhangke, yang filmnya pada 2013 "A Touch of Sin" dilarang diputar di Tiongkok oleh lembaga sensor negara itu.
"Smog Journeys", mengisahkan perjalanan dua keluarga, satu keluarga tinggal di kawasan kaya batu bara dan yang satu tinggal di Beijing, yang menunjukkan bahwa baik kekayaan maupun pendidikan tidak dapat melawan asap. Kisah itu ditutup dengan seorang anak di Beijing menggambar di atas mobil-mobil yang tertutup debu tentang kondisi dunia yang ingin ditinggalinya, lengkap dengan matahari yang bersinar terang.
"Udara bersih adalah kebutuhan dasar untuk hidup sehat," kata Yan Li, kepala iklim dan energi Greenpeace Asia Timur.
"Menyedihkan jika anak-anak tumbuh besar dengan asap daripada udara bersih dan langit biru, sebagaimana yang digambarkan dalam film Jia. Mengembalikan udara bersih perlu menjadi prioritas dan membutuhkan aksi mendesak," katanya.
Ketidakpuasan publik pada kondisi lingkungan telah meningkat di Tiongkok, yang memicu pemerintah untuk mengumumkan "perang melawan polusi" dan berjanji untuk mengurangi proporsi energi dari bahan bakar minyak. Namun negara itu telah menghindar dari menghentikan penggunaan batu bara. (AFP)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...