Gunung Anak Krakatau Erupsi Setinggi 1000 Meter, Status Waspada
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gunung Anak Krakatau, yang terletak di Selat Sunda Provinsi Lampung untuk sekian kali erupsi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, Gunung Anak Krakatau erupsi dengan tinggi kolom abu 1.000 meter di atas puncak kawah atau pada ketinggian 1.305 meter di atas permukaan laut pada Senin (25/6) pukul 07.14 WIB.
Sutopo Purwo Nugroho, dari Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan, erupsi Gunung Anak Krakatau melontarkan abu vulkanik dan pasir. Erupsi tidak membahayakan penerbangan. VONA (Volcano Observatory Notice For Aviation) orange. Erupsi juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 km dari puncak kawah. Selain itu erupsi juga tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda.
“Status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (Level 2). Status Waspada ditetapkan sejak 26/1/2012 hingga sekarang. Tidak ada perubahan status Gunung Anak Krakatau. Status Waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga erupsi dapat terjadi kapan saja. Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 km,” kata Sutopo.
Ia menambahkan, erupsi Gunung Anak Krakatau adalah hal biasa. Gunung ini masih aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi. Gunung Anak Krakatau baru muncul dari permukaan laut tahun 1927. Rata-rata tambah tinggi 4-6 meter per tahun. Energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan.
Aktivitas Vulkanik Meningkat
Sutopo mengatakan, sejak tanggal 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi.
Menurut PVMBG, pada 18/6/2018, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam juga gempa tremor menerus dengan amplitudo 1 – 21 mm (dominan 6 mm).
Pada tanggal 19/6/2018, gempa embusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian per hari menjadi 69 kejadian per hari. Selain itu mulai terekam juga gempa Low Frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm).
Tanggal 20/6/2018, terekam 88 kali gempa embusan, 11 kali gempa Low Frekuensi dan 36 kali gempa vulkanik dangkal.
Pada tanggal 21/6/2018, terekam 49 kali gempa embusan, 8 kali gempa Low Frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan 4 kali gempa vulkanik dalam.
Secara visual terlihat erupsi mengeluarkan abu dan pasir. Tipe letusannya strombolian yang terjadi erupsi secara berkala pada saat itu.
Ia mengatakan, masyarakat diimbau tetap tenang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam, (BKSDA) telah melakukan langkah antisipasi.
Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah. Di luar itu aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman. (PR)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...