Gunung Marapi Meletus, 11 Jenazah Pendaki Ditemukan, 12 Orang Masih Dicari
PADANG, SATUHARAPAN.COM-Jenazah 11 pendaki ditemukan pada hari Senin 94/12) sehari setelah letusan hebat Gunung Marapi di Sumatera Barat saat tim penyelamat Indonesia mencari 12 orang yang diperkirakan masih hilang.
Gunung Marapi berada pada tingkat kewaspadaan tertinggi ketiga dari empat tingkat kewaspadaan sejak tahun 2011, tingkat yang menunjukkan aktivitas vulkanik di atas normal dan melarang pendaki atau penduduk desa berada dalam jarak tiga kilometer (1,8 mil) dari puncak, kata Hendra Gunawan, kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geologi (PVMBG)
Artinya, tidak boleh ada pendakian ke puncak, kata Gunawan seraya menambahkan bahwa pendaki hanya diperbolehkan berada di bawah zona bahaya, namun terkadang banyak dari mereka yang melanggar aturan demi kepuasannya untuk mendaki lebih jauh.
Sekitar 75 pendaki mulai mendaki gunung setinggi hampir 2.900 meter (9.480 kaki) itu pada hari Sabtu (2/12) dan terdampar. Delapan dari mereka yang diselamatkan pada hari Minggu (3/12) dilarikan ke rumah sakit karena luka bakar dan satu orang juga mengalami patah anggota tubuh, kata Hari Agustian, seorang pejabat di Badan Pencarian dan Pertolongan setempat di Padang, ibu kota provinsi Sumatera Barat.
Sebelum melakukan pendakian, seluruh pendaki telah mendaftar di dua posko atau secara online melalui Balai Konservasi Sumatera Barat, kata Agustian. Ada kemungkinan orang lain mengambil jalan ilegal atau ada warga sekitar yang beraktivitas di kawasan itu, tapi hal itu tidak bisa dikonfirmasi, katanya.
Marapi memuntahkan kolom abu tebal setinggi 3.000 meter (9.800 kaki) pada letusan hari Minggu dan awan abu panas menyebar beberapa mil (kilometer). Desa-desa dan kota-kota terdekat diselimuti oleh berton-ton puing vulkanik. Debu vulkanik dan hujan mengotori wajah dan rambut pendaki yang dievakuasi, menurut video di media sosial.
Abu yang berjatuhan menyelimuti beberapa desa dan menghalangi sinar matahari, dan pihak berwenang membagikan masker dan mendesak warga untuk memakai kacamata untuk melindungi mereka dari abu vulkanik. Sekitar 1.400 orang tinggal di lereng Marapi di Rubai dan Gobah Cumantiang, desa terdekat sekitar lima hingga enam kilometer dari puncak.
Gunawan mengatakan, letusan hari Minggu ini tidak didahului dengan peningkatan gempa vulkanik yang signifikan. Gempa vulkanik dalam hanya tercatat tiga kali antara 16 November hingga hari Minggu, sedangkan alat deformasi atau tiltmeter di puncak menunjukkan pola horizontal pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial.
“Hal ini menunjukkan proses erupsi berlangsung cepat dan pusat tekanannya sangat dangkal, di sekitar puncak,” katanya. Marapi tercatat mengalami erupsi rutin sejak tahun 2004 dengan jeda waktu dua hingga empat tahun, kata Gunawan.
“Letusan Marapi selalu terjadi secara tiba-tiba dan sulit dideteksi dengan peralatan karena sumbernya dekat dengan permukaan,” kata Gunawan, “Letusan ini bukan disebabkan oleh pergerakan magma.”
Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Sumbar, Abdul Malik, mengatakan tim penyelamat menemukan 11 mayat pendaki saat mereka mencari mereka yang masih hilang dan menyelamatkan tiga lainnya pada hari Senin pagi.
Proses evakuasi jenazah dan korban masih berlangsung, katanya seraya menambahkan bahwa tim penyelamat masih mencari 12 pendaki yang dilaporkan masih hilang.
Marapi telah aktif sejak letusan bulan Januari yang tidak menimbulkan korban jiwa. Gunung ini termasuk di antara lebih dari 120 gunung berapi aktif di Indonesia, yang rentan terhadap gejolak seismik karena lokasinya di “Cincin Api” Pasifik, yaitu busur gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi Cekungan Pasifik.
Sebelumnya, terjadi hujan abu vulkanik dari erupsi Gunung Marapi yang terjadi di wilayah Nagari Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, hari Minggu (3/12).
Gunung Marapi yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, meletus lagi pada hari ini Minggu (3/12) sekitar pukul 14:54 WIB. Meletusnya berketinggian 2.891 mdpl ini ditandai dengan adanya muntahan kolom abu berisi material vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah yang disertai suara gemuruh.
Rentetan Kejadian Erupsi Gunung Marapi
Gunung Marapi menjadi salah satu gunungapi yang paling aktif di Pulau Sumatera. Berdasarkan catatan kejadian, gunungapi ini pernah erupsi pada tanggal 8 September 1830 dengan mengeluarkan awan yang berbentuk kembang kol abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 m di atas kawahnya, disertai dengan suara gemuruh.
Kemudian pada tanggal 30 April 1979 menurut laporan pers pada saat itu disebutkan 60 orang meninggal dunia akibat letusan Gunung Marapi dan disebutkan juga 19 orang pekerja penyelamat terperangkap oleh tanah longsor.
Berikutnya memasuki akhir tahun 2011 hingga awal tahun 2014, Gunung Marapi menampakkan peningkatan aktivitasnya melalui letusan yang menyemburkan abu dan awan hitam. Menurut catatan di akhir tahun 2011, semburan abu terbawa angin hingga mencapai Kabupaten Padang Pariaman.
Selanjutnya pada tanggal 26 Februari 2014, Gunung Marapi meletus pukul 16:15 WIB, melepaskan beberapa material hingga ke wilayah Kabupaten Agam dan Tanah Datar.
Adapun tanggal 7 Januari 2023, Gunung Marapi mengalami erupsi pada pukul 06:11 WIB. Saat Gunung Merapi erupsi, diketahui ada sejumlah pendaki yang masih berkemah. Padahal sebelumnya sudah ada imbauan kepada masyarakat, wisatawan maupun pendaki agar tidak mencapi puncak. (dengan AP/Antara)
Editor : Sabar Subekti
AS Akan Kirim Senjata ke Ukraina Senilai US$275 Juta
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Pentagon akan mengirim Ukraina setidaknya US$275 juta dalam bentuk se...