Guru Besar Muslim Menulis Kajian Historis Tentang Yesus
LOS ANGELES, SATUHARAPAN.COM – Buku terbaru karya Profesor Creative Writing dari University of California, Riverside (UCR) berjudul Zealot berada di puncak daftar buku terlaris. Buku ini adalah biografi historis tentang Yesus dari Nazaret.
Buku terbaru Reza Aslan, “Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth” adalah buku terlaris di Amerika Serikat. Fox News, pada Juli lalu, membuat wawancara kontroversial dengan Aslan dan menyebar cepat di jaringan online. Ia telah menjadi analis Timur Tengah untuk CBS News dan telah muncul di Meet the Press, The Daily Show dengan Jon Stewart, dan Anderson Cooper 360°.
Berbagai kecaman menimpa Aslan, menyebutnya sebagai self-promotor dan mempertanyakan kemampuan akademisnya. Namun, Aslan, 41, mengatakan ia sengaja menulis untuk khalayak umum, bukan sekadar materi yang hanya dibaca akademisi dan mahasiswa pascasarjana.
“Aku tidak pernah ingin menjadi jenis akademis yang hanya menulis artikel-artikel kecil yang hanya dicerna kalangan internal,” kata Aslan di kantor University of California, Riverside (20/10). “Saya ingin mengambil informasi yang saya pelajari, yang saya temukan untuk menjadi menarik dan menarik, dan berbagi dengan orang-orang yang berada di luar dinding ivy.”
Aslan telah menjadi penulis buku laris sejak buku pertamanya, No god but God: The Origins, Evolution and Future of Islam, diterbitkan pada 2005. Ia juga menulis How to Win a Cosmic War yang meneliti kekerasan agama, mengedit antologi tulisan Timur Tengah dan editor asisten pada suatu esai tentang Muslim dan Yahudi di Amerika Serikat. Dia juga menulis artikel, esai dan opini di Foreign Affairs, The New York Times, Foreign Policy, Time dan media lainnya.
“Zealot” adalah biografi historis Yesus sebagai manusia, bukan Yesus yang ilahi.
Kini, banyak permintaan kepada Aslan untuk memberi kuliah tamu di berbagai universitas. Dan, tur nasional musim panas ini untuk mempromosikan Zealot mengundang banyak perhatian di berbagai kota di Amerika Serikat.
Dia telah diwawancarai oleh surat kabar, website dan media siaran di seluruh dunia. Minggu ini, ia membuat berita utama di Malaysia ketika, dalam sebuah wawancara di program radio Malaysia, ia mengecam keputusan pengadilan yang mengatakan hanya Muslim bisa menggunakan kata “Allah” untuk menyebut Tuhan.
Video Viral
Zealot adalah hasil dari dua dekade penelitian. Aslan mengatakan ia memeriksa dokumen-dokumen dari tahun-tahun awal Kekristenan serta membaca puluhan karya tentang Yesus dan awal-awal kekristenan.
Buku ini menjadi bestseller segera setelah dirilis pada Juli, memulai debut di urutan 2 di daftar buku terlaris non-fiksi The New York Times untuk cetak dan e -book.
Kemudian datang wawancara Fox News saat koresponden agama, Lauren Green bertubi-tubi mempertanyakan bagaimana seorang Muslim seperti Aslan bisa menulis biografi Yesus.
BuzzFeed.com mencantumkan video wawancara ini di lamannya, mengejek Green dengan judul provokatif, “Apakah Wawancara Fox News yang Paling Memalukan?” Kiriman BuzzFeed menyebar bagai virus dan sekarang telah melewati 5,5 juta penonton. Setelah itu, Zealot melesat dari urutan delapan ke tempat pertama dalam daftar penjualan Amazon hanya dalam beberapa hari.
Aslan mengatakan kontroversi lebih dari sekadar meningkatkan penjualan buku. Hal ini juga mendorong diskusi penting atas bias dalam pemberitaan media, integritas jurnalistik, peran agama dan akademisi dalam masyarakat—dan ide-ide dalam Zelot.
Buku ini, seperti Aslan katakan, tentang “Yesus secara Historis” daripada “Yesus yang tercatat dalam Injil.” Ini menggambarkan Yesus sebagai seorang yang secara politis adalah nasionalis Yahudi revolusioner yang disalibkan sebagai kriminal karena dianggap sebagai ancaman kepada para pemimpin Romawi. Dalam buku itu, Aslan menyatakan bahwa Yesus tidak pernah menganggap dirinya ilahi.
Dia mengatakan orang Kristen tidak boleh tersinggung dengan apa yang merupakan potret sejarah daripada teks agama, seperti umat Islam tidak boleh tersinggung dengan apa yang ia telah menulis tentang Islam. Dalam “No god but God” Aslan menulis tentang Nabi Muhammad sebagai tokoh sejarah dan mempertanyakan beberapa ajaran nya.
“Saya kira tidak perlu ada konflik antara iman dan sejarah,” kata Aslan. “Mereka mengajukan pertanyaan yang berbeda. Iman tertarik pada hal-hal yang mungkin terjadi. Namun, sejarawan tertarik pada berbagai kemungkinan atas apa yang terjadi. Dan, mereka tidak selalu hal yang sama.”
Gema Yesus
Zealot adalah bagian dari perjalanan pribadi Aslan. Ia tiba di California pada 1979 saat kanak-kanak. Ia melarikan diri revolusi Iran bersama keluarganya. Ia dibesarkan dalam keluarga non-religius: Ayahnya seorang ateis, ibunya seorang Muslim yang kurang taat.
Aslan menjadi seorang Kristen Injili saat remaja tetapi, karena dia meneliti Alkitab, mulai mempertanyakan dan akhirnya menolak agama Kristen dan kembali pada Islam.
Namun, katanya, ia malah lebih mengagumi Yesus daripada ketika ia adalah seorang Kristen. Aslan mengatakan Yesus adalah satu orang dalam sejarah yang kepadanya ia merasa paling terhubung secara emosional dan akademis.
“Dalam teladan yang Yesus berikan—cara menghadapi ketidakadilan sosial, bereaksi terhadap kekuasaan yang ada, menanggapi mereka yang menempatkan diri sebagai penjaga iman—saya pikir itu sebuah model menjadi resonansi atas kondisi saat ini seperti atas kehidupan 2.000 tahun yang lalu,” kata Aslan. “Dan itu yang saya usahakan dengan sangat keras untuk saya terapkan bagi hidup saya.”
Aslan mengakui di halaman pembukaan Zealot tentang banyak hal tentang Yesus yang tidak ia ketahui, dan bahwa banyak dari hal-hal yang ia tulis adalah “dugaan terbaik secara akademis” tentang kehidupan Yesus. Ia menyajikan sudut pandang alternatif dalam 53 halaman catatan pada akhir buku ini.
Dale Martin, guru besar studi agama di Universitas Yale, menulis resensi Zealot dalam The New York Times. Martin mengatakan ia paling terganggu oleh cara Aslan dan penerbitnya, Random House, mempromosikan buku. Mereka menyajikan Zealot sebagai perspektif baru tentang Yesus, tetapi tidak, katanya.
“Mereka mempromosikan itu dengan cara yang tidak benar,” kata Martin dalam sebuah wawancara minggu ini (27/10). "Tidak ada terobosan di sana.”
Mark Juergensmeyer, guru besar sosiologi di University California Santa Barbara yang menjadi penasihat akademis utama Aslan saat dia mendapatkan gelar doktor di sana, sepakat bahwa Aslan bukan sarjana pertama untuk melihat Yesus terutama sebagai seorang aktivis politik. Namun, katanya, Aslan menuangkan melalui teks akademis padat yang akan bisa dipahami oleh banyak pembaca umum dalam cara dia menyajikan kehidupan Yesus dalam konteks waktu masa Yesus.
“Saya tidak bisa memikirkan buku ilmiah yang menyatakan dengan jelas seperti konteks politik dan sosial dari gerakan Yesus,” kata Juergensmeyer. “Ini bukan kajian baru tapi menempatkan berbagai kajian bersama-sama dan menciptakan kaitannya dan menampilkannya dalam suatu jaringan hubungan.”
Menulis dan Agama
Aslan memiliki tiga gelar akademis yang berkaitan dengan agama—doktor dari UC Santa Barbara di bidang sosiologi, tetapi difokuskan pada sejarah agama—dan dia telah mengajarkan agama di masa lalu. Namun, Aslan, yang juga meraih gelar master seni rupa dari University of Iowa, adalah guru besar menulis kreatif di UCR.
“Saya hanya menikmati menulis lebih dari saya menikmati mengajar ajaran agama,” kata Aslan. “Saya telah melakukan keduanya, dan terus terang itu lebih menyenangkan untuk melakukan hal ini. Saya bisa bekerja di kelas yang lebih kecil. Ini sangat personal.”
Kuartal ini di UCR, Aslan mengajarkan satu strata, dan ia dijadwalkan untuk mengajar dua strata: pascasarjana, sarjana— triwulan berikutnya.
Di luar kelas dan perjalanannya, Aslan juga membantu menjalankan aslanmedia.com, sebuah jurnal online yang ia dirikan yang berfokus pada isu-isu politik, sosial, agama dan budaya di Timur Tengah dan Timur Tengah Diaspora, dan BoomGen Studios, sebuah perusahaan hiburan.
Selain menulis, mengajar, meneliti, tur, ceramah dan wawancara adalah bagian dari hidupnya ia mengatakan yang paling penting: Ia membesarkan anak kembar berumur dua tahun dengan istrinya, Jessica Jackley, seorang penulis dan pengusaha. Aslan dan keluarganya tinggal di Los Angeles.
"Saya sangat baik dalam membagi tanggung jawab saya, dan saya memiliki istri yang 100 persen partner,” katanya.
Dia mengatakan dia menyukai kebebasannya di UCR, yang memberikan dia waktu untuk menggeluti tanggung jawab lainnya, termasuk penampilan yang luas.
Departemen menulis kreatif UCR mendorong fakultas untuk menjadi “intelektual publik,” kata departemen Ketua Andrew Winer.
“Kami sangat berbeda dari departemen lain, karena pesertanya adalah semua orang,” kata Winer. "Kami menulis untuk khalayak luas, bukan hanya akademisi, dan kami percaya kami harus terlibat dengan semua orang.”
Tetapi beberapa orang—termasuk beberapa akademisi—tidak nyaman dengan akademisi yang berada di pusat perhatian, kata Juergensmeyer.
“Sulit untuk mendamaikan seseorang yang popularitasnya—seseorang yang di televisi, yang memiliki buku terlaris—dengan seorang sarjana akademis yang ketat,” katanya. “Anda mengira pikir seseorang harus menjadi salah satu atau yang lain.”
Karya-karya Aslan
2013: Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth.
2011: Muslims and Jews in America: Commonalities, Contentions, and Complexities
2010: Tablet and Pen: Literary Landscapes from the Modern Middle East
2009: How to Win a Cosmic War
2005: No god but God: The Origins, Evolution, and Future of Islam
(pe.com/David Olson/wikipedia)
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...