Loading...
SAINS
Penulis: Melki 18:38 WIB | Kamis, 05 Desember 2024

Guru Besar UGM Raih Penghargaan Akademik Tertinggi Prancis

Guru Besar Bidang Ilmu Sastra dan Gender Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., meraih penghargaan akademik tertinggi, Palmes Académiques dari Pemerintah Prancis, Rabu (4/12/2024). (HO-UGM)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Guru Besar Bidang Ilmu Sastra dan Gender Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Wening Udasmoro meraih penghargaan akademik tertinggi Palmes Académiques dari Pemerintah Prancis.

Palmes Académiques, mulai dianugerahkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1808, merupakan penghargaan yang diberikan kepada mereka yang dianggap berjasa besar bagi kemajuan dunia akademik di Prancis dan kajian mengenai Prancis.

"Saya termasuk orang yang beruntung. Ini sekaligus menjadi tantangan bagi saya. Harapannya saya bisa berkontribusi lebih baik dengan kajian Prancis yang selama ini menjangkar kuat membentuk peradaban dunia," ujar Prof Wening dalam keterangan resminya di Yogyakarta, Kamis (5/12).

Selama tiga puluh tahun pengabdiannya sebagai akademisi di bidang sastra Prancis, Wening banyak menelurkan kajian-kajian lintas sektor dan disiplin dalam lingkup sosial humaniora.

Bagi Wening, mempelajari budaya dan sastra Prancis sudah menjadi bagian dari sisi kehidupannya.

Sejak kecil, ia dibesarkan oleh keluarga yang kental dengan budaya dan seni sehingga dari sanalah ia mengenal lagu-lagu dan film Prancis, seperti film Alain Delon, serta musik karya Christophe dan Serge Gainsbourg.

Kecintaannya akan sastra dan budaya Prancis juga ia tuangkan dalam karya tesisnya yang membahas tentang interpretasi mitos Jawa Rara Jonggrang dan Rara Mendut dengan teori strukturalisme Claude Levi-Strauss.

Kontribusi Wening dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya Prancis terus berlanjut.

Ia bahkan menjadi salah satu pionir penguji Diplôme d’Etude en Langue Française (DELF) ketika pertama kali diselenggarakan. Hasil risetnya bertema sastra, gender, seksualitas, konflik, media, identitas, hingga analisis konflik wacana banyak mengutip teori tokoh besar Prancis.

Prof Wening yang juga Wakil Rektor UGM ini turut mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas apresiasi yang diterimanya.

"Sebuah kehormatan, saya merasa terharu dan tidak pernah saya bayangkan, Saya dedikasikan untuk UGM, teman-teman dosen, dan kolega yang mendukung saya selama ini,” ucapnya.

Penyerahan gelar kehormatan tersebut berlangsung pada Rabu (4/12), di Gedung Pusat UGM.

Duta Besar Prancis untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Fabien Penone menyebut karya-karya Prof Wening layak mendapatkan penghargaan tertinggi akademik Prancis.

"Selama tiga puluh tahun Prof Wening berkarir dan mempromosikan frankofoni di Indonesia, menjadi jembatan antara hubungan Indonesia-Prancis. Anda sangat layak mendapatkan penghargaan Palmes Académiques ini," tutur Fabien.

Fabien juga memberikan apresiasi terhadap dunia akademik di Indonesia yang merupakan prioritas bagi Prancis.

Ia ingin agar hubungan bilateral baik di sektor akademik, budaya, ekonomi, maupun politik dapat terus terjalin dengan meningkatkan kolaborasi global akademik untuk saling bertukar budaya dan mengapresiasi penelitian serta riset akademik.

"Prof Wening, menurut saya, hal ini hampir terlihat dengan jelas karena dia telah terlibat dalam kegiatan ilmiah dan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Prancis. Jadi, ia sepenuhnya layak untuk mendapatkan penghargaan ini," ujar Fabien.

Ia berharap para akademisi di Indonesia agar memahami bahwa Indonesia menjadi negara besar yang banyak dipertimbangkan di kancah internasional sehingga kesempatan global untuk mengembangkan penelitian dan kualitas diri sangat terbuka lebar.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home