Guru Sekolah Dasar Italia Raih Penghargaan Berkat Memerangi Insinerator
WASHINGTON DC., SATUHARAPAN.COM – Rabu (17/04) kemarin, seorang guru sekolah dasar di Italia mendapatkan penghargaan Goldenman Enviromental di San Francisco Opera House karena melakukan kampanye dampak bahaya insinerator yang ada di kota Tuscan, Italia. Kampanye yang di lakukan Rossano Ercolini tersebut akhirnya bertumbah menjadi gerakan nasional yang disebut Zero Waste.
Fasilitas insinerator untuk pertama kalinya dibangun pada tahun 1994 di Tuscan. Dari tahun ke tahun, ribuan ton sampah dapat dikurangi dengan cara dibakar di dalam sebuah tungku, hal ini kemudian dikenal dengan insinerasi. Sebagai gantinya teknologi ini memproduksi gas yang dilepaskan ke atmosfer bumi seperti efek yang dihasilkan dari rumah kaca. Selain itu juga menghasilkan racun yang membahayakan bagi lingkungan sekitar. Dampak tersebut tidak diberitahukan kepada penduduk yang tinggal di sekitar fasilitas insinerator.
Motivasi Rossano Ercolini untuk memperjuangkan lingkungannya tumbuh setelah mendengar cerita mengenai kesuksesan kota San Fransisko mengatasi permasalahan sampah mereka. Sang guru itu pun semakin terpanggil setelah mendengar rencana pembangunan insinerator. Sebagai seorang pendidik, dia merasa memiliki tanggung jawab untuk melindungi siswa dan memberitahu masyarakat luas tentang dampak insinerator bagi kesehatan serta solusi bagaimana mengelola secara sampah kota secara berkelanjutan.
Wujud nyata kampanye guru tersebut diawali dari desanya sendiri, Capannori. Bersama ilmuwan, pemuka agama dan ahli lainnya Rossano Ercolini mengajak masyarakat melakukan tanya jawab mengenai pentingnya daur ulang serta kelebihan kekurangan insinerator. Di sana ia juga memberikan peragaan mendaur ulang sampah dengan cara memisahkan sampah terlebih dahulu berdasarkan jenis yaitu logam, kaca atau plastik. Sedangkan sampah di luar kategori itu dijadikan satu untuk diolah menjadi kompos atau makanan ternak.
Semakin tersebarnya berita mengenai perjuangan sang guru, dia kemudian membentuk kelompok dengan julukan Ambiente e Futuro (Lingkungan dan Masa Depan) dan mulai mengoganisasi massa untuk melakukan aksi penghentian rencana pembangunan fasilitas insinerator.
Menanggapi hal ini pemerintah propinsi Lucca akhirnya membatalkan rencana mereka untuk membangun insinerator dan kemudian menunjuk Ercolini untuk memikirkan bagaimana mengelola sampah di Capannori. Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan jajak pendapat mengenai hal ini. Setahun Capannori sudah mempunyai sistem daur ulang sampah sampai dengan 82 persen dari jumlah total yang dihasilkan. Akhirnya semua aksi guru itu mempengaruhi propinsi Lucca untuk menutup dua fasilitas insinerator lainnya.
Perjuangan Rossano Ercolini terus berlanjut, dia berkolaborasi dengan Lavazza sebuah perusahaan kopi besar di Italia untuk menciptakan inovasi kapsul ekspreso guna mengurangi sampah hasil dari kemasan. Dia juga berusaha meyakinkan bahwa Zero Waste mampu membuka lapangan kerja, terutama tenaga kerja untuk memilah sampah.
Oleh karena sang guru, Capannori berubah menjadi pusat gerakan Zero Waste. Desa itu juga terpilih menjadi tuan rumah pertemuan Aliansi Internasional Zero Waste. Hal ini juga mempengaruhi kota Naples untuk mengadopsi sistem daur ulang sampah ala Rossano Ercolini guna mengatasi parahnya pengelolaan sampah mereka.
Pada akhirnya aksi sang guru tersebut mendorong aksi lain yang membuat ditutupnya 40 insinerator dan 117 kota di Eropa dengan perkiraan jumlah total penduduk hingga tiga juta jiwa meniru apa yang terjadi di Capannori. Meskipun di sebagian besar Eropa teknologi insinerasi menjadi tren karena adanya konsumerisme dan produksi barang. Italia dengan pejuang lingkungan Rossano Ercolini mampu mengajak Inggris, Estonia, Spanyol, dan Denmark untuk melakukan gerakan Zero Waste.
Editor : Wiwin Wirwidya Hendra
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...