Loading...
RELIGI
Penulis: Melki Pangaribuan 14:29 WIB | Selasa, 14 Juli 2015

Gus Hamid: Kehidupan yang Luhur Dimulai Dari Hati Nurani

Forum diskusi bertajuk "Beriman Secara Otentik, Menemukan Nilai Luhur Untuk Kemanusiaan" di Gereja Kristen Indonesia Jombang, hari Jumat (10/7). (Foto: Andreas Kristianto)

JOMBANG, SATUHARAPAN.COM - Pengasuh pondok pesantren Darul Ulum Peterongan, Gus Hamid Bishri mengatakan, "kehidupan yang luhur dimulai dari hati nurani manusia, inilah yang menggerakkan manusia untuk berbuat baik."

"Ketika hati nurani tidak diasah dengan baik, maka yang terjadi adalah ‘gelap mata’, penuh dengan keserakahan dan hawa nafsu,” kata pengasuh pondok pesantren yang akrab dipanggil Gus Mamik dalam diskusi bertajuk "Beriman Secara Otentik, Menemukan Nilai Luhur Untuk Kemanusiaan" di Gereja Kristen Indonesia Jombang, hari Jumat (10/7).

"Intelektualitas yang tidak dibarengi dengan hati nurani yang bersih (sifat Tuhan), maka manusia akan terjebak dalam keserakahan," kata dia.

Sementara itu, Profesor Peter Suwarno yang menjadi dosen di Arizona State University Amerika Serikat, mengatakan bahwa kehidupan yang beriman itu adalah sebuah proses mencari. “Dalam proses pencarian itulah, kita menemukan makna yang luhur,” katanya.

Menurut dia, kehidupan agama sekarang ini sangat diwarnai oleh ritual-ritual ibadah yang sifatnya cenderung kaku, rigid dan sempit. Padahal ritual yang hidup dan baik adalah ritual yang justru memberikan sumbangsih dan spirit bagi kemanusiaan.

"Ritual yang hidup adalah ritual yang menekankan pengorbanan untuk kemanusiaan, menolong orang dan berbuat baik bagi orang sekitar. Bahkan nilai luhur kemanusiaan bisa saja datang dari agama ataupun nilai nilai lokalitas di mana kita hidup dan berkembang," kata Profesor Antropologi kelahiran Salatiga itu.

Forum diskusi bertajuk "Beriman Secara Otentik, Menemukan Nilai Luhur Untuk Kemanusiaan" ini digagas oleh Jaringan Gusdurian Jombang, yang bertujuan membangun titik temu lintas-agama untuk memperkuat kerja kemanusiaan.

Sementara Pendeta Andreas Kristianto dari Gereja Kristen Indonesia Jombang mengatakan, “Kami (gereja) terbuka menyambut acara dialog keberagaman ini, karena dengan adanya silahturami, bulan ramadan yang penuh berkat ini menjadi bulan untuk menata jiwa yang luhur dan beradab."

Diskusi malam itu dihadiri 50 pemuda-pemudi yang aktif di dalam dialog lintas iman dan sejumlah aktivis gay, lesbian, dan transgender. Mereka juga menyuarakan konsep luhur agama dan tradisi yang seharusnya mengasihi tanpa syarat.

"Kelompok minoritas-seksual ini masih mengalami berbagai stigma dan diskriminasi di negara ini. Kita bisa tidak setuju dengan mereka, namun merepresi hak mereka bukanlah sikap ideal sebagai umat beragama," kata Aan Anshori, penggerak Gusdurian Jombang.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home