Hadiah Natal Terindah
SATUHARAPAN.COM – ”Jangan telat ya, Ma… acaranya 7.30, Mama dari antar sekolah jangan pulang lagi, langsung parkir saja di sekolah!”Si Bungsu mengingatkan acara seminar di sekolah yang diakhiri dengan pementasan drama musikal, di mana dia berperan sebagai pemusiknya.
”’Kan masih 45 menit, De… Mama bisa pulang dulu,” sahut saya, mengingat jarak tempuh ke sekolah dari rumah hanya beberapa menit.
”Mau apa pulang lagi?” tanyanya.
Saya segera memikirkan alasan yang kira-kira masuk akal dan bisa diterima ketimbang menunggu di tempat parkir.
”Mama mau baca Alkitab.” Saya memilih alasan yang rohani.
”Ahh mama... baca Alkitab kan bisa di parkiran mobil, pakai HP ’kan?”
Dan saya pun seperti kena skak dalam permainan catur. Pagi itu saya habiskan untuk mendengarkan seminar mengenai Generasi Z, yang diselenggarakan sekolah. Kemudian menonton atraksi drama musikal yang sudah dilatihnya berbulan-bulan.
”Bagus nggak, Ma?” Setelah itu dia menanyakan.
Tentu saja saya mengatakan bagus, saya merasa bangga padanya. Membandingkan saat saya SMP dahulu, dengan dia sekarang, dunia sudah jauh berubah. ”Hebat ya Bu anak-anak kita, zaman kita SMP dulu kayaknya masih main congklak..,”bisik saya kepada Ibu di sebelah saya. Dia pun mengangguk.
”Mama jangan telat!” keesokan harinya anak sulung saya mengingatkan acara serupa untuk dirinya. Dia sudah SMA dan bersekolah di sekolah yang sama dengan adiknya.
”Isi seminarnya sama seperti kemaren, ’kan?” tanya saya sambil melihat flier tentang seminar dan kegiatan hari itu, ”Mama enggak usah datang dari pagi, ini acaranya jam 10.30. Tapi, jangan telat!” ingatnya.
Namun baru jam 9 lewat, handphone saya sudah berdering, ada missed call dari Si Sulung, dan pesan yang mengatakan bahwa seminar sudah selesai dan acara dia akan dimulai. Segera saya ke sekolahnya sambil setengah berlari. Dan tidak lama kemudian dia tampil memainkan piano.
Tiba-tiba hati saya menghangat. Rasanya baru kemarin dia saya antar ke sekolah minggu, ikut tampil atraksi natal, menarikan tarian yang gerakannya hanya lompat-lompat. Sekarang dia sudah SMA.
Tepuk tangan mengakhiri permainannya. Dia tersenyum ke arah saya. Sama seperti dulu, saat dia melompat-lompat ceria, dari panggung dia mencari saya, tersenyum.
Ini adalah hadiah natal yang terindah. Melihat mereka, merasakan kehadirannya, mendampinginya bertumbuh. Sesaat waktu seakan membeku. ”Bukankah ini yang namanya kebahagiaan?” bisikan nurani terdengar lembut.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...