Hamas Kirim Delegasi ke Kairo, Tapi Tidak Akan Hadiri Negosiasi Gencatan Senjata Gaza
JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Seorang pejabat senior Hamas mengatakan bahwa kelompok militan Palestina itu mengirim delegasi ke Kairo pada hari Sabtu (24/8) tetapi mereka tidak akan menghadiri pembicaraan gencatan senjata Gaza di ibu kota Mesir.
Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat telah berbulan-bulan mencoba mencapai kesepakatan untuk mengakhiri lebih dari 10 bulan perang di Jalur Gaza antara Israel dan Hamas.
"Delegasi tersebut akan bertemu dengan pejabat senior intelijen Mesir untuk diberi pengarahan tentang perkembangan dalam putaran pembicaraan gencatan senjata Gaza yang sedang berlangsung... tetapi ini tidak berarti akan mengambil bagian dalam negosiasi," kata pejabat Hamas itu kepada AFP dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka tentang masalah tersebut.
“Hamas telah mengatakan sejak awal bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam putaran negosiasi ini, yang dimulai pekan lalu di Doha.”
Keputusan Hamas untuk mengirim delegasi ke Kairo muncul setelah Amerika Serikat mengatakan kemajuan telah dibuat pada putaran perundingan terakhir.
Optimisme sebelumnya selama berbulan-bulan perundingan gencatan senjata yang kadang-kadang gagal terbukti tidak berdasar, dan kali ini desakan Israel untuk tetap menempatkan pasukan di perbatasan Gaza dan Mesir telah muncul sebagai titik kritis utama.
Pejabat Hamas mengatakan kelompok itu bersikeras agar Israel menarik pasukannya dari seluruh Gaza, termasuk "dari daerah perbatasan dengan Mesir" - zona yang dikenal sebagai Koridor Philadelphia.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersikeras untuk tetap menempatkan pasukan di sepanjang koridor antara Mesir dan Gaza.
Pada hari Jumat (23/8) , Gedung Putih mengatakan kepala CIA, William Burns, termasuk di antara pejabat AS yang mengambil bagian dalam diskusi di Kairo, bergabung dengan para kepala badan mata-mata dan dinas keamanan Israel.
"Pembahasan sedang berlangsung di Kairo... sebagai persiapan untuk putaran negosiasi yang lebih besar yang akan dimulai pada hari Minggu (25/8)," kata seorang sumber Mesir yang dekat dengan negosiasi tersebut kepada AFP pada hari Jumat (23/8).
"Washington sedang berdiskusi dengan para mediator mengenai proposal baru untuk menjembatani kesenjangan antara Israel dan Hamas dan untuk mekanisme pelaksanaan" rencana tersebut.
Seorang pejabat Hamas pada hari Jumat menuduh perdana menteri Israel menolak untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata terakhir untuk Gaza, di mana keberadaan pasukan Israel di perbatasan Mesir tetap menjadi titik kritis utama.
Sebuah tim Israel berada di Kairo "berunding untuk memajukan perjanjian (pembebasan) sandera," kata juru bicara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Omer Dostri, kepada AFP pada hari Kamis (22/8) malam.
Namun, perwakilan Hamas tidak ikut serta dan seorang pejabat dari gerakan tersebut, Osama Badran, mengatakan kepada AFP pada hari Jumat bahwa desakan Netanyahu agar pasukan tetap berada di jalur perbatasan Philadelphia mencerminkan "penolakannya untuk mencapai kesepakatan akhir."
Mesir bersama mediator lainnya Qatar dan Amerika Serikat telah berbulan-bulan mencoba mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang selama lebih dari 10 bulan antara Israel dan gerakan Palestina Hamas di Gaza.
Diplomat utama AS, Antony Blinken, mengunjungi wilayah tersebut minggu ini untuk menekankan urgensi kesepakatan.
Pertempuran di Wilayah Utara
Para saksi pada hari Jumat melaporkan pertempuran di wilayah utara, penembakan hebat di bagian tengah, dan tembakan tank di ujung selatan dekat kota Rafah.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan puluhan ribu warga sipil telah kembali mengungsi pekan ini dari Deir al-Balah dan kota selatan Khan Younis setelah perintah evakuasi militer Israel, yang mendahului operasi militer.
Perang tersebut telah mengungsikan sekitar 90 persen penduduk Gaza, seringkali beberapa kali, membuat mereka kehilangan tempat tinggal, air bersih, dan kebutuhan pokok lainnya saat penyakit menyebar, kata PBB. ‘Tidak ada cara untuk hidup’
“Warga sipil kelelahan dan ketakutan, berlarian dari satu tempat yang hancur ke tempat lain, tanpa ada tanda-tanda akan berakhir,” kata Muhannad Hadi, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina, Kamis malam. “Ini tidak boleh terus berlanjut,” katanya.
Militer Israel pada hari Jumat mengatakan bahwa selama beberapa hari terakhir pasukan telah “melenyapkan puluhan” militan di sekitar Khan Younis dan Deir al-Balah, di Gaza tengah.
Pada bulan April, militer telah menarik pasukan dari Khan Younis setelah berbulan-bulan pertempuran yang menghancurkan, tetapi kini harus melanjutkan operasi di sana, membuat warga sipil merasa tidak punya tempat untuk dituju. “Ini bukan cara untuk hidup,” kata Haitham Abdelaal.
Serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober di Israel selatan memicu perang dan mengakibatkan kematian 1.199 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Kampanye militer balasan Israel telah menewaskan 40.265 warga Palestina di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut, yang tidak memberikan rincian kematian warga sipil dan militan. Kantor hak asasi PBB mengatakan sebagian besar korban tewasadalah wanita dan anak-anak.
Militan Palestina juga menangkap 251 sandera, 105 di antaranya masih berada di Gaza termasuk 34 yang menurut militer telah tewas.
Militer Israel menemukan sisa-sisa enam sandera dari sebuah terowongan di daerah Khan Younis minggu ini, dan pada hari Kamis mengatakan peluru telah ditemukan di tubuh mereka, yang menunjukkan bahwa mereka telah ditembak.
Penyelidikan terus dilakukan terkait keadaan kematian mereka, kata seorang juru bicara militer.
Wapres AS: Sekaranglah Waktunya
Upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata Gaza dan mencegah perang yang lebih luas semakin intensif menyusul pembunuhan dua militan senior yang didukung Iran yang memicu ancaman pembalasan dari Teheran dan sekutunya, yang menyalahkan Israel.
Menerima pencalonan presiden dari partai Demokrat di Chicago, Wakil Presiden AS, Kamala Harris, mengatakan “sekaranglah saatnya untuk menyelesaikan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata.”
Dasar pembicaraan tersebut adalah kerangka kerja yang digariskan oleh Presiden AS Joe Biden pada akhir Mei, dan yang ia gambarkan sebagai proposal Israel.
Rencana tiga fase tersebut awalnya akan mempertukarkan sandera dengan warga Palestina di penjara Israel selama apa yang disebut Biden sebagai "gencatan senjata penuh dan menyeluruh" yang berlangsung selama enam pekan.
Pasukan Israel akan ditarik dari "semua wilayah berpenduduk di Gaza," berdasarkan rencana tersebut.
Selama lawatan regionalnya, Blinken mengatakan Netanyahu telah menerima "proposal penghubung" AS untuk gencatan senjata yang "sangat jelas mengenai jadwal dan lokasi" penarikan pasukan Israel.
Badran, pejabat Hamas, pada hari Jumat menegaskan kembali bahwa Hamas "menerima rencana Biden" yang awalnya diuraikan dan mengatakan Washington harus menekan Netanyahu untuk gencatan senjata.
Badran mengatakan Hamas akan menerima "tidak kurang dari penarikan pasukan pendudukan, termasuk Philadelphia."
Kantor Netanyahu, yang koalisi sayap kanannya bergantung pada dukungan anggota yang menentang gencatan senjata, menolak sebagai laporan media yang "tidak benar" bahwa "Netanyahu telah setuju bahwa Israel akan menarik diri" dari koridor Philadelphia.
Perdana menteri menganggap kendali atas jalur di sepanjang perbatasan Mesir diperlukan untuk mencegah Hamas mempersenjatai kembali.
Penyelamatan di Laut Merah
Netanyahu menghadapi protes rutin oleh para pendukung sandera yang menuntut kesepakatan untuk membawa pulang para tawanan.
Di Tel Aviv pada hari Jumat, warga Israel terdengar pesimis mengenai prospek kesepakatan. "Sudah ditunda berkali-kali," kata Ran Sadeh, 57 tahun.
Ia mengatakan kesepakatan juga akan membantu meredakan ketegangan di perbatasan utara Israel, tempat gerakan Hizbullah Lebanon dan pasukan Israel saling tembak hampir setiap hari.
Kelompok lain yang didukung Iran yang bertindak untuk mendukung Hamas, Houthi Yaman, telah berbulan-bulan menyerang kapal-kapal di perairan sekitar yang penting bagi perdagangan dunia.
Filipina pada hari Jumat (23/8) mendesak para pelautnya untuk menghindari Laut Merah, setelah para pelaut dari misi angkatan laut Uni Eropa menyelamatkan sebagian besar awak kapal tanker minyak Filipina yang diserang oleh Houthi di Laut Merah.
Pasukan AS menghancurkan dua pesawat tak berawak Houthi di atas Laut Merah dan pesawat tak berawak lain di wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman, kata Komando Pusat pada hari Kamis. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...