Harga Kejujuran
SATUHARAPAN.COM – Saat itu saya sedang menunggu taksi di pinggir jalan raya. Beberapa waktu menunggu, tiba-tiba sebuah taksi menepi dan berhenti tepat di depan saya. Seorang penumpangnya, perempuan muda, keluar dan menghampiri saya untuk menanyakan letak sebuah jalan di Jakarta Timur. Karena bukan warga setempat dan tidak hapal nama-nama jalan, dengan didahului permintaan maaf saya mengatakan tidak tahu. Bukannya terima kasih, perempuan itu justru tidak mau menerima ketidaktahuan saya. ”Nggak tahu jalan berdiri di sini!” katanya sambil meludah di depan saya.
Kejadian lain, di dalam sebuah taksi, Sang Pengemudi minta tolong saya untuk menjawab HP yang baru saja berbunyi. HP tersebut milik penumpang yang tertinggal. Ketika saya menghubungi nomor yang baru saja misscall ke HP tersebut, orang yang menjawab panggilan tersebut langsung memaki-maki dengan kata-kata kasar serta menuduh saya telah mencuri HP miliknya.
Kata kunci dari dua kejadian tadi adalah kejujuran. Kisah pertama berkata jujur dan kisah kedua berbuat jujur. Meski tampaknya berbeda, hasilnya sama yaitu maki-makian dengan kata-kata kasar, kemarahan dan penghinaan, bahkan tuduhan sebagai pencuri.
Apa pun resikonya, kejujuran harus kita junjung tinggi dan harus praktikkan dalam hidup sehari-hari. Sebab kejujuran merupakan salah satu refleksi dari rasa takut kita akan Tuhan. Selain itu, kejujuran juga merupakan salah satu bentuk kesaksian kita sebagai manusia terpilih yang harus mengabarkan Berita Kesukaan kepada lingkungan di sekitar kita.
Untuk itu, jika ya hendaklah kita berani berkata, ”Ya!” Jika tidak, hendaklah kita juga berani berkata, ”Tidak!”
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...