Harga Minyak Dunia Bervariasi Setelah Langkah Stimulus Tiongkok
NEW YORK, SATUHARAN.COM - Harga minyak dunia diperdagangkan bervariasi pada Senin (21/4) Selasa pagi WIB, setelah Tiongkok memangkas rasio persyaratan cadangan bank untuk mendorong penyaluran kredit lebih mudah di konsumen energi terbesar dunia itu.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik 64 sen menjadi ditutup pada 56,38 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, patokan global, tidak berubah dari penutupan Jumat lalu di 63,45 dolar AS per barel.
Bank sentral Tiongkok pada Minggu mengumumkan pemotongan rasio persyaratan cadangan, jumlah uang yang bank-bank komersial harus pertahankan dalam cadangan, sebesar satu persentase poin, langkah yang kedua tahun ini untuk meningkatkan pinjaman. Langkah ini mulai berlaku Senin.
"Sementara pemotongan RRR tambahan diharapkan sepanjang 2015, ukuran dan waktu pemangkasan ini menunjukkan para pemimpin lebih khawatir tentang keadaan ekonomi negara itu daripada komentar pejabat yang ditunjukkan sebelumnya," kata Brian Jackson, ekonom Tiongkok di IHS Global Insight.
Jackson mencatat penurunan RRR tersebut merupakan yang terbesar sejak November 2008 di tengah krisis keuangan global.
Terangkat di awal perdagangan akibat aksi Tiongkok, harga minyak mengurangi kembali beberapa keuntungannya setelah Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menunjuk produksi minyak mentah yang kuat, hanya harga naik lagi karena perkiraan "bullish" untuk persediaan AS.
"Harga sudah berfluktuasi," kata John Kilduff dari Again Capital.
Investor, kata dia, "sedang mencoba untuk menentukan kapan gelombang produksi akan berbalik" di Amerika Serikat, yang telah menghasilkan jumlah minyak mentah bersejarah meskipun pasokan global berlimpah.
Kilduff mengatakan laporan oleh perusahaan informasi energi Genscape, menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah di pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma, turun 900.000 barel, yang telah mendorong sentimen para pedagang.
Para pedagang juga membaca penurunan dalam aktivitas rig pengeboran minyak AS sebagai tanda pelambatan produksi yang dapat mengurangi kelebihan pasokan global, dan pada gilirannya mendorong harga yang telah turun separuhnya sejak pertengahan 2014 kembali naik.
"Mungkin ada ruang untuk harga minyak naik lebih lanjut dalam waktu dekat, baik oleh penurunan produksi minyak maupun data stok minyak mentah AS, serta berita yang lebih baik pada sisi permintaan dari ekonomi-ekonomi Amerika Serikat, zona euro dan Tiongkok," kata Julian Jessop, kepala riset komoditas di Capital Economics. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...