EMPTY QUARTER, SATUHARAPAN.COM - Harga minyak melonjak lebih dari 10 persen pada Senin (16/9) sebagai imbas dari keputusan Arab Saudi untuk mengurangi produksinya sampai separuh. Hal itu dilakukan setelah dua fasilitas minyaknya diserang.
Presiden Amerika Donald Trump menuding Iran melakukan serangan itu dan meningkatkan kemungkinan penggunaan serangan militer terhadap negara itu.
Dilansir dari kantor berita AFP , harga minyak Brent naik 11,77 persen menjadi 67 dolar 31 sen per barel pada awal perdagangan di Asia.
Serangan pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman, tempat koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan dalam perang lima tahun ini, efektif menurunkan enam persen pasokan minyak global.
Brent sempat melonjak hampir 20 persen pada hari Senin.
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Shaybah Saudi Aramco di Empty Quarter, Arab Saudi, 22 Mei 2018. (Foto: Reuters)
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo, Sabtu (14/9), menuduh Iran memimpin serangan terhadap instalasi minyak Arab Saudi sehingga mengurangi produksi minyak kerajaan itu sekitar separuh, sementara ia mengesampingkan keterlibatan Yaman dan mengecam Iran karena melakukan diplomasi palsu.
Kelompok Houthi Yaman yang didukung Iran mengklaim serangan terhadap dua instalasi penting dalam industri minyak Arab Saudi, termasuk fasilitas pemrosesan minyak bumi terbesar di dunia.
Namun, Pompeo mengatakan di Twitter, tidak ada bukti serangan-serangan itu datang dari Yaman.
"Teheran berada di balik hampir 100 serangan terhadap Arab Saudi sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura melakukan diplomasi," ujar Pompeo, merujuk pada Presiden Iran Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Mohammed Javad Zarif.
Departemen Luar Negeri AS menolak memberi bukti untuk mendukung klaim Pompeo.
Cuitan Pompeo mengisyaratkan sikap Amerika yang lebih keras terhadap Iran, setelah sinyal kemungkinan mencairnya hubungan antara kedua negara setelah berbulan-bulan tegang.
Senator partai Republik Lindsay Graham, sekutu dekat Trump dan anggota Komisi Hubungan Luar Negeri di Senat Amerika, mengatakan serangan Sabtu (14/9) itu menunjukkan Iran tidak tertarik pada perdamaian dan malah mengupayakan senjata nuklir dan dominansi regional.
Lainnya meragukan tuduhan Pompeo.
Serangan pada Sabtu itu terjadi setelah serangan lintas perbatasan sebelumnya terhadap instalasi minyak Saudi dan terhadap tanker minyak di perairan Teluk. (VOA )