Mantan Diktator Tunisia Diizinkan Pulang
TUNIS, SATUHARAPAN.COM – Mantan diktator Tunisia yang mengasingkan diri, Zine al Abidine Ben Ali diizinkan pulang jika sakit dan ingin pulang.
Perdana Menteri Tunisia mengatakan bahwa mantan presiden yang digulingkan dan mengasingkan diri itu akan diizinkan pulang ke negaranya jika dia dalam keadaan sakit parah seperti yang dilaporkan oleh pengacaranya.
"Saya akan memberikan “lampu hijau” untuk kepulangannya. Ini adalah kasus kemanusiaan. Jika dia sakit seperti yang dikabarkan, dia dapat kembali ke negaranya seperti warga Tunisia lainnya," kata PM Tunisia, Youssef Chahed, Kamis (12/9), seperti dikutip situs berita Mesir, Al Ahram.
"Jika dia ingin kembali untuk dimakamkan di sini, saya memberikan lampu hijau saya," tambah Chahed, yang juga seorang kandidat dalam pemilihan presiden Tunisia pada hari Minggu, besok.
Pengacara Ben Ali, Mounir ben Salha, mengatakan bahwa pemimpin Tunisia yang digulingkan dalam Revolusi Musim Semi Arab tahun 2011 itu melarikan diri ke Arab Saudi. Selama dua dasawarsa dia memerintah dengan tangan besi. Dia disebutkan "dalam kondisi kritis."
"Dia belum mati tetapi kondisi kesehatannya buruk. Dia telah meninggalkan rumah sakit dan dirawat di rumah. Kondisinya stabil," kata pengacara itu.
Gerakan protes terhadap pemerintah yang otoriter dan kondisi ekonomi yang memburuk di Tunisia pada akhir 2010, dan respons pemerintah dengan kekerasan memicu Revolusi Musim Semi Arab yang melanda sejumlah negara di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Pengadilan Tunisia telah menjatuhkan hukuman pada Ben Ali (83 tahun), dalam pengadilan in absensia. Dia dijatuhi beberapa hukuman penjara, termasuk hukuman seumur hidup, karena penyalahgunaan kekuasaan, korupsi dan pembunuhan.
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...