Hari Doa Alkitab, Ucap Syukur Atas Hadirnya Kitab Suci Berbahasa Lokal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hari Doa Alkitab Sedunia merupakan sebuah kegiatan yang diperingati sepanjang September oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dan umat Kristen di Indonesia, dalam rangka ucap syukur atas tumbuhnya tradisi positif yang terjadi pada masa lalu di kala umat Kristiani dan non Kristiani yang ada di Pulau Faros, Yunani, atas ketersediaan Septuaginta. Septuaginta adalah Alkitab dalam bahasa Yunani
Semangat positif inilah yang disyukuri oleh Lembaga Alkitab Indonesia, karena menurut sejarahnya Septuaginta tersebut merupakan Alkitab yang dibuat guna memahami bahasa yang mereka pahami, yakni dalam bahasa yang penduduk orang Pulau Faros, dalam hal ini penduduk Pulau Faros tidak paham Alkitab dalam bahasa Ibrani, karena dalam sehari-hari mereka tidak terlalu akrab dengan bahasa tersebut.
Semangat masyarakat Pulau Faros, Yunani inilah yang melandasi Lembaga Alkitab Indonesia yang sejak 1974 melahirkan Alkitab Terjemahan Baru sehingga seluruh gereja-gereja Kristen di Indonesia memperingati Hari Doa Alkitab dengan tujuan menggelar ucap syukur dengan menggelar kebaktian khusus dengan tema Hari Doa Alkitab, tidak hanya itu saja tetapi diadakan persembahan khusus di setiap gereja untuk mendukung pelayanan LAI guna menyebarkan Alkitab ke seluruh penjuru Indonesia.
Dahulu Hari Doa Alkitab bernama Hari Doa Syukur Alkitab, dan sempat dirayakan setiap bulan Juli, namun kini setiap bulan September tiap tahunnya. Pada jaman dahulu banyak orang berkumpul di Pulau Faros, Yunani guna mengobati kerinduan membaca Alkitab dalam bahasa yang mereka pahami.
LAI tahun ini menetapkan tema Hari Doa Alkitab “Kuatkan, Teguhkan, Aku Menyertaimu!” (Yosua 1:9 TB), melalui tema tersebut LAI mengajak umat Kristiani untuk tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuan hidup masing-masing pribadi dan bersemangat menjalani hidup.
Dalam rangka peneguhan Hari Doa Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia telah mengadakan kebaktian pada Jumat (6/9) lalu, yang dipimpin Pdt Dr Richard Daulay di Gedung Pusat Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, Salemba, Jakarta guna menegaskan bahwa gereja seharusnya menjadi akrab dengan kitab suci, sehingga memberi pengaruh kepada umatnya agar menjadi pribadi tangguh dan dapat menghadapi kesulitan hidup tetapi tetap berdasar pada Firman Tuhan.
Pada kebaktian tersebut, LAI menekankan kepada generasi muda untuk menyisihkan sedikit dari kemampuan mereka bagi mereka yang membutuhkan Alkitab lewat program “Alkitab Untuk Temanku”. LAI mengadakan program yang ditujukan bagi anak tersebut dengan tujuan peduli kepada sesamanya, dan nantinya dana yang mereka tabung tersebut untuk mengadakan alat-alat peraga bagi sekolah minggu di daerah yang terpencil dan tidak terjangkau.
Program Hari Doa Alkitab tidak hanya untuk memperkuat semangat Kristen saja, akan tetapi LAI senantiasa mewujudkan dalam hal konkrit, yakni untuk pembinaan iman pada anak-anak LAI telah menggelar presentasi diklat sekolah minggu di beberapa kota, sehingga dengan tersedianya alat peraga bagi anak-anak sekolah minggu di pedalaman, kiranya anak-anak sekolah minggu tersebut dapat semakin mengenal Tuhan Yesus dan dapat lebih memahami bagaimana caranya untuk mempraktikan hidup benar di mata Tuhan sebagai umat Kristiani
Umat Katolik
Sementara itu tradisi Hari Doa Alkitab Sedunia tidak hanya tradisi milik umat Kristen, tetapi juga milik pemeluk Katolik yang memperingati peringatan serupa.
Gereja Katolik mengadakan perayaan yang sama seperti gereja Kristen dan LAI, dimana pimpinan umat Katolik di Indonesia mengatakan bahwa umat Katolik diharapkan dapat akrab dengan berbagai kegiatan berhubungan dengan Kitab Suci sepanjang bulan September, dalam kegiatan yang bernama Bulan Kitab Suci Nasional
Gereja Katolik mendasarkan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) dari dokumen Dei Verbum hasil dari Konsili Vatikan II menganjurkan bahwa umat harus mau membuka Kitab Suci seluas-luasnya dengan tujuan umat mendapat pencerahan dan motivasi untuk hidup sehari-hari, Kitab Suci yang baik agar dapat diterima masyarakat luas harus dapat diterjemahkan dalam bahasa yang dia mengerti, dan Konferensi Wali Gereja (KWI) telah menggelar kerja sama dengan LAI untuk menggelar penerjemahan bersama antara Gereja Katolik dan Protestan.
Jauh sebelum itu, dalam sidang Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (kini KWI) pada 1977 para uskup berkeinginan agar umat memahami Alkitab dan dalam satu hari di satu tahun gereja ditetapkan Hari Minggu Kitab Suci Nasional, kemudian satu minggu dirasa kurang cukup untuk membaca Kitab Suci sehingga dikembangkan menjadi satu bulan, maka dicetuskanlah Bulan Kitab Suci Nasional. (alkitab.or.id)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...