Hari Ini, 3 Tahun Perang Saudara di Suriah
SATUHARAPAN.COM – Perang Sipil Suriah adalah konflik bersenjata yang sedang berlangsung di Suriah antara pasukan yang setia kepada pemerintah Ba'ath dan mereka yang ingin menggulingkannya. Kerusuhan itu dimulai pada 15 Maret 2011, dengan protes populer yang tumbuh secara nasional pada April 2011. Protes ini merupakan bagian dari gerakan protes Afrika Utara dan Timur Tengah yang lebih luas yang dikenal sebagai Musim Semi Arab. Pengunjuk rasa Suriah pada awalnya menuntut reformasi demokrasi dan ekonomi dalam kerangka pemerintahan yang ada.
Pada April 2011, Angkatan Darat Suriah dikerahkan untuk memadamkan pemberontakan dan tentara menembaki para demonstran di seluruh negeri. Setelah berbulan-bulan pengepungan militer, protes berkembang menjadi pemberontakan bersenjata. Konflik asimetris, dengan bentrokan yang terjadi di banyak kota di seluruh negeri.
Pada 2013, Hizbullah memasuki perang untuk mendukung tentara Suriah. Pemerintah Suriah selanjutnya dikuatkan oleh dukungan militer dari Rusia, yang melangkah pada musim dingin tahun 2013-14, dan Iran. Sedangkan, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Amerika Serikat mengirim senjata ke pemberontak.
Sejak Juli 2013, Pemerintah Suriah memegang kendali sekitar 30-40 persen dari wilayah negara dan 60 persen populasi Suriah. Sebuah laporan PBB pada akhir 2012 menggambarkan konflik sebagai konflik sektarian, antara pasukan pemerintah yang beraliran Alawit, dengan milisi serta kelompok-kelompok Syiah lainnya, melawan kelompok pemberontak Sunni, meskipun keduanya oposisi dan pasukan pemerintah membantah hal itu.
Menurut PBB, jumlah korban tewas melampaui 100.000 pada Juni 2013, dan mencapai 120.000 pada September 2013. Selain itu, puluhan ribu demonstran, mahasiswa, aktivis liberal, dan pembela hak asasi manusia, telah dipenjarakan dan ada laporan penyiksaan yang meluas dan teror di penjara negara.
Organisasi internasional menuduh pemerintah dan pasukan oposisi melakukan pelanggaran HAM berat. PBB dan Amnesty International di Suriah menyebutkan bahwa pada 2012 dan 2013 sebagian besar pelanggaran dilakukan oleh Pemerintah Suriah, juga dalam skala paling besar.
Tingkat keparahan bencana kemanusiaan di Suriah telah diserukan PBB dan banyak organisasi internasional. Lebih dari empat juta warga Suriah mengungsi, lebih dari tiga juta warga Suriah melarikan diri dari negaranya dan menjadi pengungsi, dan jutaan lagi yang tersisa dalam kondisi hidup yang buruk dengan kekurangan makanan dan air minum. Situasi ini sangat buruk di Kamp Palestina di Yarmouk, di mana 20.000 warga menghadapi kematian akibat kelaparan.
Senjata kimia juga telah digunakan di Suriah pada lebih dari satu kesempatan, memicu reaksi internasional yang kuat. (wikipedia.org)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...