3 Tahun Perang Saudara Suriah, PBB Dorong Perdamaian
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – PBB mengatakan, mediatornya akan mengunjungi kekuatan regional utama Iran, mencari kesepakatan damai Suriah. Ban Ki-moon menyerukan kepada Amerika Serikat (AS) dan Rusia “mengambil langkah-langkah yang jelas untuk mengembalikan energi proses politik.”
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Jumat (14/3) berusaha menyelamatkan upaya untuk menengahi gencatan senjata di Suriah, mengakui bahwa proses itu “dalam krisis” karena Pemerintah Suriah dan oposisi tidak mau kompromi.
Utusan Khusus PBB-Liga Arab, Lakhdar Brahimi, akan melakukan perjalanan ke Iran, seperti dikemukakan Ban, untuk berusaha memecahkan kebuntuan dalam negosiasi. Dia dijadwalkan mendarat di Teheran, Minggu (16/3).
Sebagai pemain regional utama, Ban mengatakan bahwa Iran “bisa memainkan peran penting, termasuk mendorong pihak berwenang Suriah untuk datang ke konferensi Jenewa dengan cara lebih konstruktif.”
Iran dianggap sebagai sekutu regional utama untuk Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Ban telah mengundang Teheran untuk menghadiri putaran terakhir perundingan internasional di Jenewa, namun terpaksa membatalkan tawaran di bawah tekanan dari AS dan oposisi Suriah.
Protes publik terhadap Assad yang pada akhirnya berubah menjadi perang saudara dimulai dengan sungguh-sungguh tepat tiga tahun lalu, pada 15 Maret 2011.
PBB desak AS dan Rusia
Berbicara di PBB di New York, Ban juga mendesak AS dan Rusia untuk mengambil “langkah-langkah yang jelas untuk mengembalikan energi proses politik” dalam negosiasi Suriah. Seruan itu terjadi di tengah suasana luar biasa tegang antara Washington dan Moskow, karena kasus kontroversial akhir pekan terkait referendum Crimea yang ingin bergabung dengan Republik Federasi Rusia.
Di Suriah, pemerintah merencanakan pemilihan presiden, sebelum Juli. Mediator Brahimi mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa pemilu berpotensi menghalangi perundingan Jenewa di masa datang.
Assad secara luas diharapkan berkuasa tujuh tahun lagi, namun belum mengumumkan pencalonannya. Parlemen Suriah pada Kamis (13/3) menyetujui undang-undang pemilu baru yang dirancang untuk mencegah banyak calon dari pihak oposisi.
“Saya sangat meragukan bahwa salah satu kelompok oposisi yang menentang keras pemerintah saat ini, di dalam atau di luar negeri, akan menganggap bahwa negosiasi dapat terus jika pemilihan presiden yang dijadwalkan pada Mei atau Juni,” kata Brahimi berdasarkan rilis kepada media.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf mengatakan pada Jumat kampanye pemilihan kembali Assad “akan ofensif dan menjijikkan”, mengingat tiga tahun terakhir kekerasan.
“Rencana pemilu nasional pada saat ini, saya pikir, akan menjadi penghinaan terhadap pembicaraan Jenewa. Hanya akan membuat lebih jelas bahwa rezim berniat mengganggu prospek bagi solusi politik,” kata Harf kepada wartawan.
Menlu Suriah Jalani Operasi Jantung
Sementara itu, media pemerintah Suriah melaporkan Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moallem, teman dekat Assad, menjalani operasi jantung yang sukses di rumah sakit Lebanon pada Jumat.
Moallem, 73, adalah duta besar Suriah untuk Washington selama sembilan tahun mulai 1990. Ia diangkat menjadi menteri luar negeri pada 2006. Dia juga memimpin delegasi pemerintah Suriah pada putaran terakhir pembicaraan dengan PBB di Jenewa. (dw.de)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...