Hari Ini PBB Serahkan Hasil Penyelidikan Senjata Kimia di Suriah kepada Dewan Keamanan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Hari Senin (16/9) ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyerahkan laporan penyelidikan tim PBB tentang penggunaan senjata kimia di Suriah diserahkan kepada anggota Dewan Keamanan.
Hari Minggu (15/9) kemarin, Ketua Tim, Profesor Ake Ake Sellström menyerahkan laporan tersebut kepada Sekjen PBB, Ban Ki-moon di markas besar PBB di New York.
Hal itu dilakukan dalam sesio terturup, dan penjelasan pada pers disampaikan bahwa penjelasan kepada anggota Dewan Keamanan juga akan disampaikan dalam sesi tertutup Senin pagi waktu New York. Ban Ki-moon menjanjikan akan memberikan penjelasan setelah pertemuan itu.
Kemenangan Suriah
Sementara itu, respons pertama dari Suriah tentang keputusan Rusia dan Amerika Serikat untuk menghapuskan senjata kimia di Suriah disebutkan sebagai kemenangan bagi Suriah, meskipun AS menyebutkan ancaman pasukannya tetap berlaku.
"Di satu sisi, hal ini membantu Suriah keluar dari krisis, dan di sisi lain, memungkinkan untuk menghindari perang terhadap Suriah ...," kata Ali Haidar, Menteri Negara untuk Rekonsiliasi Nasional, hari Minggu (15/9).
"Ini adalah kemenangan bagi Suriah yang dicapai berkat teman-teman Rusia kita," kata dia. Pihak Damaskus mengatakan akan berkomitmen untuk rencana penghapusan senjata kimia setelah menandatangani Konvensi PBB, kata Omran al-Zoubi, Menteri Informasi Suriah. Dan Pemerintahnya telah menyiapkan dokumen yang relevan dan diperlukan.
"Suriah akan melakukan sendiri apa pun yang datang dari PBB," kata al-Zoubi. "Kami menerima rencana Rusia untuk menyingkirkan senjata kimia kami. Bahkan kami sudah mulai mempersiapkan daftar kami."
Stop Pasokan Senjata ke Suriah
Rencana untuk memusnahkan senjata kimia Suria disebutkan akan menjadi kasus terbesar, dan merupakan pembicaraan yang a lot dalam pertemuan Menteri Luar negeri Rusia dan Amerika Serikat, Sergey Lavrov dan John Kerry.
Keputusan itu memberi waktu sepekan bagi Presiden Suriah, Bashar al-Assad, untuk menyerahkan rincian senjatanya dilarang secara internasional untuk menghindari sanksi internasional dan ancaman serangan militer yang dipimpinan AS.
Keputusan ini juga mengharuskan adanya akses langsung bagi penyelidikan, setidaknya terhadap 45 tempat yang terhubung dengan program senjata kimia Suriah, dan harus selesai dilakukan pada November mendatang.
Seorang pejabat tinggi di Suriah mengatakan bahwa kesepakatan tersebut bisa menempatkan Suriah kembali pada jalan menuju perdamaian jika kesepakatan mencakup usaha memotong pasokan senjata kepada pemberontak yang didukung asing.
"Sejalan dengan pertanyaan senjata kimia, seluruh dunia harus bekerja sama untuk menghentikan masuknya senjata dan tentara bayaran ke Suriah," kata dia. (un.org / ria.ru / Aljazeera.com)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...