Hari Kebaikan Dunia: Berbuat Baik Membantu Hidup Lebih Lama
LOS ANGELES, AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Apa yang dapat diberikan oleh kebaikan kepada Anda? Kehangatan atau kesehatan? Ini mungkin saja ada benarnya, tetapi para ilmuwan dan akademisi pada sebuah pusat penelitian mengatakan kebaikan bisa membuat Anda hidup lebih lama.
"Kami melihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Kami bukannya duduk membentuk lingkaran, berpegangan tangan. Kami membicarakan psikologi, biologi, interaksi sosial yang positif," kata Daniel Fessler, Direktur Institut Bedari Kindness, University of California, Los Angeles (UCLA), AS.
Teori tentang kebaikan memang menjadi berita utama akhir-akhir ini.
Ini, menjadi inti pidato mantan Presiden AS Barack Obama pada pemakaman veteran Partai Demokrat Elijah Cummings yang meninggal dunia bulan lalu.
"Tidak ada kelemahan dalam kebaikan dan kasih sayang," katanya. "Bukanlah suatu kelemahan jika Anda memperhatian orang lain. Anda bukanlah seorang tolol jika memiliki intergritas dan memperlakukan orang lain dengan perasaan hormat."
Ellen DeGeneres mendorong adanya kebaikan ketika membicarakan pertemanannya dengan George W Bush: "Ketika saya mengatakan, 'Berbuat untuk sesama,' Saya bukannya hanya mengacu kepada orang yang berpikir sehaluan dengan Anda. Maksud saya baik ke semua orang,” katanya dilansir bbc.com, pada Rabu (13/11).
Jadi pada Hari Kebaikan Dunia pada tanggal 13 November ini kami mengkaji apa yang dimaksud dengan kebaikan dan mengapa hal ini penting.
Fessler mengkaji bagaimana orang dapat termotivasi menjadi orang baik, hanya dengan menyaksikan tindakan baik.
"Saya kita hidup dalam zaman tidak baik saat ini," katanya. "Baik di dalam negeri AS dan dunia, yang kita saksikan adalah konflik antar orang yang berbeda pandangan politik atau agama."
Kebaikan, katanya, adalah "pikiran, perasaan dan keyakinan yang berhubungan dengan tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan orang lain, itu adalah tujuannya, bukannya cara untuk meraih tujuan".
Sebaliknya ketidakbaikan adalah suatu "keyakinan tidak toleran, yang mengabaikan kesejahteraan orang lain".
Ini adalah sesuatu yang dikenal siapapun yang pernah mengalami trolling di media sosial.
Meskipun hal ini "tidaklah baru", Fessler mengatakan "orang kemungkinan akan menjadi agresif, lebih tidak peduli dengan orang lain, jika identitas mereka tersembunyi".
Institut itu didirikan dengan menggunakan dana hibah US$20 juta atau Rp281 miliar dari Bedari Foundation, yang didirikan dermawan Jennifer dan Matthew Harris.
Bermarkas di departemen ilmu sosial UCLA, badan ini bertujuan membantu masyarakat dan memberikan masukan kepada para pemimpin.
Harris mengatakan, penelitian diperlukan "untuk memahami mengapa kebaikan dapat menjadi langka di dunia modern" dan untuk "menjembatani ilmu pengetahuan dan spiritualitas".
Sejumlah proyeknya di antaranya adalah: Antropolog mengkaji bagaimana kebaikan menyebar di antara orang, Sosiolog menganalisis bagaimana orang yang bertingkah laku tidak baik dapat didorong menjadi baik, Psikolog meneliti bagaimana kebaikan dapat memperbaiki suasana hati dan mengurangi gejala depresi
Badan ini juga, memberikan pelatihan kepada mahasiswa dan kelompok masyarakat yang kurang diperhatikan di Los Angeles.
Fessler mengatakan, telah diketahui bahwa stres negatif yang membuat Anda tidak bisa melakukan apapun, berbeda dengan stres "baik", seperti ketika melakukan kegiatan yang menantang tetapi memuaskan, seperti panjat tebing.
"Hidup dengan orang yang memperlakukan Anda dengan buruk akan mempersingkat hidup Anda," katanya.
"Sebaliknya, menerima kebaikan dari orang lain dan memberikan kebaikan, keduanya adalah kebalikan dari keadaan stres yang toksik. Ini baik untuk Anda."
Bahkan interaksi yang sepertinya remeh, seperti saat barista di kafe tersenyum dan menanyakan keadaan Anda, dapat memperbaiki kesehatan seseorang.
"Menyebarkan kebaikan, memikirkan bagaimana memberikan kebaikan kepada orang lain, menurunkan tekanan darah. Ini ada keuntungan kesehatannya," katanya.
Pesan Penting
Kelli Harding dari Columbia University meneliti gejala ini dalam bukunya, The Rabbit Effect.
Dia mengatakan: "Kebaikan membantu sistem kekebalan, tekanan darah, membantu orang hidup lebih panjang dan lebih baik."
Saat menjelaskan judul bukunya, Kelli mengatakan: "Saya mendengar kajian tentang kelinci, di tahun 1970-an. Satu kelompok mendapatkan hasil yang lebih baik dan mereka ingin mengetahui apa yang terjadi. Ternyata kelinci dengan hasil yang baik dipelihara oleh peneliti yang benar-benar baik hati.
"Sebagai seorang dokter, saya sangat terkejut. Saya pikir terdapat sebuah pesan penting."
Kebaikan, katanya, "dapat membawa perubahan dan membantu orang menghadapi berbagai hal di dunia".
Sering kali lebih mudah berbuat baik kepada orang lain dari pada bagi diri kita, katanya.
"Terdapat banyak cara untuk berbuat baik kepada diri kita dan orang lain. Di tempat kerja, di sekolah dan di rumah, berbuat baik akan membawa hal-hal baik," katanya.
"Bidang kedokteran dan teknologi semakin membaik, tetapi Anda tidak bisa menggantikan kebaikan seorang perawat. Hubungan kesehatan jiwa dan fisik sangatlah penting."
Darnell Hunt, dekan ilmu sosial UCLA, mengatakan ia menginginkan institut ini menjadi suatu hal berbeda "di tengah-tengah politik dunia, kekerasan dan masalah".
"Kita hidup dalam zaman di mana ada kebutuhan untuk mengkaji berbagai hal yang membuat kita menjadi manusia dan masyarakat yang lebih manusiawi," katanya.
"Kita hidup dalam masa polarisasi politik di AS dan tempat lain, dimana peningkatan urbanisasi menyebabkan berkurangnya interaksi langsung antar manusia."
Ketika orang menyaksikan kebaikan, mereka terinspirasi untuk meniru tindakan itu, katanya tetapi kita tetap berusaha memahami mekanisme kebaikan.
"Ini bukanlah kasus di menara gading. Kami ingin menerjemahkan penelitian ini sehingga orang di dunia dapat menghasilkan sebuah kebijakan dan membawa perubahan."
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...