Hari Santri, Gus Solah Tak Diundang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Sirajd, mengatakan dalam kegiatan Hari Santri 22 Oktober nanti belum ada komunikasi dengan salah seorang tokoh NU, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah).
"Beliau (Gus Solah) tidak ada komunikasi, belum saya libatkan, tapi saya harapkan cair kembali, saya sangat hormat dengan beliau, karena saya tidak pernah meremehkan, apa lagi mengkritik dia," kata Said, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, hari Selasa (6/10).
Tidak ada komunikasi dengan Gus Solah, apakah berkaitan dengan gugatan ke pengadilan soal Muktamar ke -33 NU di Jombang, Jawa Timur oleh Forum Lintas Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia?
Said menjelaskan soal gugatan yang dilakukan oleh PWNU, dirinya akan menjawab polemik tersebut dengan kegiatan besar yaitu Hari Santri.
"Ya silakan saja gugat, kita mengalir saja dan akan dijawab dengan beberapa kegiatan besar yaitu Hari Santri pada 22 Oktober," kata dia.
Ratusan peserta Muktamar Ke-33 NU yang menggelar pertemuan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, yang diklaim sebagai "muktamar lanjutan" itu menyatakan menolak hasil Muktamar Ke-33 NU di Jombang, pada 5 Agustus lalu.
Sebelumnya Ketua Tanfidziyah PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin selaku pimpinan pertemuan itu mengungkapkan forum tersebut menghasilkan beberapa keputusan, di antaranya menolak apapun hasil Muktamar Ke-33 NU.
Selain itu, mereka menggugat PBNU periode 2010-2015, karena dinilai melanggar AD/ART dan melakukan berbagai rekayasa dalam Muktamar ke-33 NU serta mengabaikan "ahlakul karimah" dalam pelaksanaan muktamar.
Forum yang diikuti 401 peserta dari 29 PWNU dan 300 PCNU itu juga menuntut PBNU demisioner untuk membuat muktamar ulang dalam jangka waktu tiga bulan.
"Kalau tidak dilaksanakan, forum lintas wilayah akan menyelenggarakan muktamar sendiri," kata Syamsul.
Mantan Rais Syuriah PBNU KH Hasyim Muzadi yang sempat hadir dalam forum itu meminta mereka tidak membuat muktamar tandingan, karena akan membelah dan menghancurkan NU.
"Akan sulit kita bertanggung jawab kepada umat, masyarakat Indonesia, dan pergaulan dunia," katanya.
Hasyim mempersilakan jika forum itu mengkritisi atau mengoreksi Muktamar Ke-33 NU, namun tidak boleh menjadi muktamar tandingan.
Ia pun menolak dicalonkan sebagai Rais Aam melalui forum tersebut karena dirinya tidak mau dibenturkan dengan ulama.
Editor : Eben E. Siadari
Kemendikdasmen Gelar Belajar Darurat untuk Korban Erupsi Lew...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merespons damp...