Hari Santri Menjadi Milik Umat Islam Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddian Amin mengatakan Hari Santri menjadi milik umat Islam Indonesia secara keseluruhan.
Bagi Kamaruddian, para tokoh pendahulu seperti Cokroamitono (SI), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), KH Hasyim Asy’ari (NU), KH A Hasan (Persis), KH A Soorkati (al-Irsyad), KH Mas Abd Rahman (Matlaul Anwar), dan para tokoh Islam lainnya adalah mahasantri.
“Jika kita membaca dengan seksama sejarah perjuangan para tokoh di atas, beliau-beliau itu merupakan mahasantri, tokoh-tokoh Islam yang berdarah Merah Putih. Mereka mempunyai komitmen keislaman dan keindonesiaan yang sangat kuat. Jadi, menurut saya, definisi santri dapat dinisbatkan kepada mereka para santri yang mempunyai dua komitmen di atas,” kata Dirjen saat konferensi pers Pencanangan Hari Santri Nasional di Gedung Kemenag Lapangan Banteng, Jakarta, hari Senin (19/10). Penetapan Hari Santri akan dilakukan pada 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta dan direncanakan dihadiri Presiden Joko Widodo.
Dirjen melihat, para santri diinspirasi dan diselimuti nilai-nilai Islam di satu sisi dan semangat serta kesadaran penuh tentang kebangsaan Indonesia yang majemuk di sisi lain. Karenanya, santri tidak eksklusif dan teratributi kepada komunitas tertentu.
Santri, menurut Kamaruddin, adalah mereka yang dalam tubuhnya mengalir darah Merah Putih dan tarikan napasnya terpancar kalimat laa ilaha illa llah. Karenanya, penetapan Hari Santri sangat relevan dalam konteks Indonesia modern yang plural.
“Hari Santri menjadi milik umat Islam Indonesia secara keseluruhan,” kata dia.
Dirjen juga melihat, penetapan Hari Santri pada 22 Oktober esok, memiliki justifikasi historis yang kokoh di mana Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad yang mewajibkan umat Islam untuk berjihad melawan penjajah.
“Resolusi Jihad tersebut memberi energi dan semangat patriotisme dahsyat kepada umat Islam saat itu. Meski demikian, penetapan Hari Santri tentu tidak mengurangi dan menafikan nilai heroisme dan patriotisme tokoh lain yang juga menorehkan sejarah dan peristiwa heroik,” kata dia.
Hadir dalam konferensi pers tersebut Sesditjen Pendis Ishom Yusqi, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Mohsen, dan Direktur Madrasah, M Nur Kholis Setiawan. (kemenag.go.id)
Editor : Bayu Probo
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...