Hari Terakhir Pendakian Uluru, Ratusan Orang Antre
AUSTRALIA, SAUHARAPAN.COM – Ratusan orang diperbolehkan mendakit bukit Uluru, setelah Jumat pagi (25/10/2019) sempat ditutup karena angin kencang. Bukit Uluru di Kawasan Australia Tengah yang menawarkan keunikan wisata akan ditutup secara permanen untuk pendakian.
Ratusan orang mendatangi Uluru untuk melakukan pendakian hari terakhir. Hari Sabtu (26/10/2019) bertepatan dengan 34 tahun kepemilikan Uluru diserahkan kepada warga Anangu. Steve Vivian dan Samantha Jonscher menuliskan laporannya untuk ABC News, yang dilansir Jumat (25/10).
Rencana penutupan Uluru sudah diumumkan dua tahun lalu.
Uluru dulu dikenal dengan nama Ayers Rock. Bukit bebatuan yang sudah berusia ribuan tahun, akan dikembalikan ke pemilik asli kelompok Aborigin, sehingga tak akan terbuka lagi untuk umum.
Hari Jumat kemarin adalah hari terakhir untuk pendakian, namun petugas sempat tidak mengijinkan pendakian karena angin kencang dianggap berbahaya bagi pengunjung.
Pendakian pun dibatasi hingga pukul 4 sore waktu setempat.
Noel dan Kelly Derks dari Melbourne membawa dua anak mereka yang masih remaja untuk mendaki Uluru.
Mereka sudah empat kali mendaki, karenanya tidak terlalu kecewa ketika rencana pendakian pagi itu sempat dilarang. “Keselamatan adalah nomor satu, jadi tidak ada masalah tidak bisa naik,” kata Noel Derks.
"Kalau bisa naik sekali lagi, tentu lebih mengesankan lagi.”
Meski nantinya pengunjung tidak bisa lagi mendaki Uluru, Keluarga Derks mengatakan masih akan kembali lagi mengunjunginya. “Tentu saja kami akan kembali ke sini 20 tahun lagi, mudah-mudahan dengan cucu. Ini tempat yang indah,” kata Noel Derks lagi.
Membuat Kecewa
Parks Australia, badan yang mengelola kawasan wisata tersebut terus memantau keadaan cuaca sampai batas penutupan pukul 4 sore.
Manajer operasional Parks Australia, Steve Baldwin mengatakan mereka yang sudah antre sejak pagi seharusnya tidak perlu kecewa kalau tidak bisa mendaki. “Pengumuman mengenai Uluru akan ditutup sudah dikeluarkan dua tahun lalu,” katanya.
Banyaknya orang yang datang untuk mendaki Uluru pada saat-saat menjelang penutupan, malah membuat kecewa pemilik kawasan tersebut, yakni dari Suku Anangu.
Bagi tetua Anangu, seperti Leroy Lester, keinginan mendaki Uluru bukan saja menunjukkan tidak adanya rasa hormat terhadap kawasan yang dianggap suci bagi warga Aborigin, tapi juga berbahaya.
Dalam sejarah pendakian Uluru, sedikitnya 37 orang tewas saat melakukan pendakian.
Leroy mengatakan ada beberapa alasan mengapa warga Anangu ingin pendakian Uluru dilarang selamanya.
“Utamanya karena itu tempat yang sakral, dan karena alasan keamanan, juga polusi, karena di atas sana tidak ada toilet. Juga bakteri E-coli membunuh semua organisme yang ada, kodok dan yang lain,” katanya, “Sangat berbahaya.”
Menteri Urusan Warga Suku Asli Australia, Ken Wyatt, juga menyatakan kekecewaannya dengan begitu banyak orang yang datang untuk mendaki Uluru sebelum ditutup.
“Saya bisa mengerti ada orang yang ingin mendaki, untuk bisa dijadikan catatan sejarah bagi kehidupan mereka,” katanya, “Namun ini mirp dengan orang yang berbondong-bondong untuk menaiki Tugu Pahlawan Perang Australia (Australian War Memorial).”
“Objek bersejarah kita, di tiap komunitas, adalah hal yang penting dalam sejarah bangsa ini,” katanya. (abc.net.au)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...