Pemimpin ISIS Terbunuh; Konfirmasi Masih Ditunggu
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM- Militer Amerika Serikat telah membunuh "target bernilai tinggi" di Suriah yang diyakini sebagai pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, menurut laporan Newsweek dan Fox News, pada hari Minggu (27/10) mengutip seorang pejabat tinggi Angkatan Darat AS.
Mengutip sumber yang dekat dengan operasi tersebut, Newsweek melaporkan bahwa anggota Komando Operasi Khusus Gabungan menerima informasi "intelijen yang dapat ditindaklanjuti," sehingga melakukan operasi khusus yang menargetkan pemimpin ISIS di Provinsi Idlib, wilayah di barat laut Suriah.
Berita tentang operasi yang menargetkan pemimpin ISIS telah beberapa kali muncul dalam beberapa tahun terakhir, termasuk yang menyebutkan bahwa al-Baghdadi terbunuh atau dia terluka parah. Namun sering tidak ada konfirmasi tentang berita itu, seperti pernah diberitakan oleh Iraqi News pada September 2014.
Bunuh Diri
Sementara itu, CNN mengutip pejabat pertahanan AS yang mengatakan bahwa al-Baghdadi bunuh diri dengan meledakkan bom dalam rompi yang dikenakan ketika menghadapi serangan itu.
Dilaporkan bahwa konfirmasi akhir mengenai apakah al-Baghdadi benar-benar ditargetkan dan terbunuh, masih menunggu hasil tes DNA dan biometrik. Tentang operasi itu, kantor berita Irak mengutip sumber-sumber keamanan yang mengatakan bahwa delapan helikopter AS menargetkan tempat persembunyian al-Baghdadi pada Minggu pagi.
Menurut seorang pejabat senior Pentagon, kompleks tempat al-Baghdadi berada adalah desa Barisha di Idlib, Suriah, dan menjadi target serangan udara. Turki yang mendukung gerilyawan setempat, tidak diberi tahu tentang operasi itu.
Berita yang beredar dan menunggu konfirmasi dengan penyataan oleh Presiden AS, Donald Trump, menyebutkan dua istri al-Baghdadi juga terbunuh dalam serangan AS setelah meledakkan rompi peledak mereka sendiri.
Sementara itu, Reuters juga memberitakan berdasarkan informasi dari dua pejabat Iran yang mengatakan bahwa Iran diberitahu oleh sumber-sumber di Suriah bahwa pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi terbunuh.
"Iran diberi tahu tentang kematian al-Baghdadi oleh para pejabat Suriah yang mendapatkannya dari lapangan," kata pejabat itu kepada Reuters. Irak juga diberitahu oleh sumber-sumber di Suriah bahwa pemimpin ISIS terbunuh, dengan mengutip dua sumber keamanan Irak.
"Sumber kami dari dalam Suriah telah mengkonfirmasi kepada tim intelijen Irak yang ditugaskan mengejar al-Baghdadi bahwa dia telah terbunuh bersama pengawalnya di Idlib setelah tempat persembunyiannya ditemukan ketika ia mencoba untuk membawa keluarganya keluar dari Idlib menuju perbatasan Turki," kata sumber itu.
Pernyataan Besar
Pada hari Sabtu, Trump mengeluarkan pernyataan dalam akun Twitter, namun tanpa penjelasan lebih lanjut, bahwa "Sesuatu yang sangat besar baru saja terjadi!"
Juru bicara Gedung Putih, Hogan Gidley, mengatakan bahwa Trump berencana untuk membuat "pernyataan besar" di Gedung Putih pada pukul 09.00 malam (waktu setempat) hari Minggu.
Menurut Al Arabiya, pada hari Minggu, Komandan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) Mazloum Abdi, juga men-tweet, "Operasi bersejarah yang berhasil karena kerja bersama intelijen dengan Amerika Serikat," merujuk pada laporan kematian pemimpin ISIS.
Dengan tawaran hadiah sebesar 25 juta dolar AS untuk menangkapnya, al-Baghdadi adalah orang yang paling dicari di dunia. Dia bertanggung jawab dalam mengarahkan organisasinya yang sangat kejam dalam pembantaian massal dan menginspirasi serangan teror di seluruh dunia, terutama di Eropa.
Al-Baghdadi dan Negara Islam
Al-Baghdadi mendeklarasikan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS atau ISIL) pada awal 2014, dan kemudian pada Juni tahun itu melakukan ke Irak dan Suriah, dua negara yang tengah mengalami kekacauan. ISIS yang menguasai sebagian wilayah kedua negara melakukan pembantai kejam kepada warga setempat.
ISIS dikalahkan di Irak pada tahun 2017, sementara di Suriah, ISIS kehilangan wilayah terakhirnya pada bulan Maret, menandai berakhirnya kekhalifahan yang dinyatakan oleh kelompok teroris ini.
Namun demikian, sel-sel tidur ISIS terus melancarkan serangan di Irak dan Suriah, bahkan al-Baghdadi terus lolos dari serangan. April lalu, sebuah video propaganda yang dirilis oleh jaringan media kelompok ekstremis, al-Furqan, menunjukkan seorang pria berjanggut yang mengaku sebagai al-Baghdadi duduk bersila di lantai, dan memberikan pidato selama 18 menit. Ini kemungkinan menjadi penampilan pertama al-Baghdadi sejak 2014, ketika ia tampil berbicara di Masjid Agung di Mosul.
Pengunduran diri pasukan AS di Suriah Utara atas keputusan Trump, membuat kekhawatiran bahwa ISIS akan memanfaatkan gejolak baru di wilayah itu untuk kembali beraksi dan membangun kekuatan.
Al-Baghdadi sejak awal bergerak dan bersembunyi di sepanjang perbatasan Irak-Suriah. Dia memimpin kelompok pemberontakan sejak 2010, ketika itu masih merupakan bagian dari Al-Qaeda di Irak, dan kemudian menguasai kelompok jihadis lain, hingga mendeklarasikan ISIS.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...