Harsono: Seni Rupa Tak Lagi Sunyi di Studio
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Seni rupa tak lagi sunyi di studio karena sifat penciptaannya tidak lagi individual, seniman mulai berkolaborasi melakukan riset sebagai proses kreatif untuk menciptakan karya-karya yang kontemporer. FX Harsono perupa sekaligus pendiri dan ketua pengawas Koalisi Seni Indonesia mengatakan pendapatnya dalam seminar bertajuk "Membaca Arah Pengembangan Seni Budaya di Indonesia" yang digelar oleh Indonesia Contemporary Art and Desain (ICAD) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (15/10) sore.
Harsono menggambarkan hal tersebut sebagai wujud perkembangan kebudayaan yang semakin dinamis, cepat, dan kompleks. Kedinamisan dalam dunia seni ini dipicu oleh pemikrian filsafat yang tidak lagi mengacu pada kekuatan dan dominasi teori-teori besar dan kebenaran tunggal.
“Dalam penciptaan seni rupa sudah terjadi perubahan yang luar biasa. Seniman dalam mencipta tidak sekadar berada di studio. Saat ini seniman mulai kolaborasi dengan seniman yang lain dan masyarakat untuk melakukan riset dan menciptakan karya,” Harsono menjelaskan.
Ia juga mengatakan bahwa dulu seniman hanya mengandalkan keahlian tangan sebagai jarum seismograf dari rasa. Namun sekarang, dibutuhkan pengetahuan agar seorang seniman mengetahui perkembangan yg terjadi di luar.
Dalam penciptaan seni, memang terjadi pergeseran-pergeseran yang perlu dilihat sebagai suatu perubahan. Pemikiran inilah yang mendorong terjadinya keragaman tema, bentuk, proses penciptaan, dan sebagainya dalam praktik seni rupa.
“Agar khayalak bisa memahami nilai yang terkandung dalam karya seni tersebut diperlukan konsep penciptaan yang jelas,” katanya.
Seni rupa memberi kontribusi kepada seniman-seniman untuk masuk ke ranah internasional. Menciptakan karya seni rupa merupakan aktivitas kesenian yang kini tak lagi hanya berbentuk sebuah pameran, tetapi juga sebuah workshop, project on research, dan media diskusi. Untuk itu, Harsono mengatakan bahwa ini perlu menjadi perhatian banyak pihak agaer ke depannya kebudayaan tidak lagi dijadikan nomor prioritas paling akhir dibandingkan dengan kepentingan bisnis dan keuntungan pribadi.
"Dunia ketiga harus dilihat dari latar belakang kebudayaannya,” kata Harsono.
“Marilah kita semua berusaha memposisikan diri untuk bisa berperan dalam memajukan kebudayaan bangsa Indonesia. Seniman, pengusaha, pemerintah, atau komunitas-komunitas perupa bersatu menyongsong Indonesia hebat. Salam hebat,” Harsono memungkasi.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...