Hasyim Muzadi: Tidak Ada Ekstrimisme di Pesantren Tradisional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mantan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU, KH Hasyim Muzadi, menegaskan bahwa ekstrimisme tidak ada di pondok pesantren lama. Hal itu dia ungkapkan ketika menjadi pembicara dalam bedah buku “Suryadharma Ali: Gagasan, Ucapan dan Tindakan dalam Mencerahkan Pendidikan Islam dan Kerukunan Umat” di Jakarta, Rabu (26/2).
“Jiwa dan roh santri pesantren tradisional diajarkan untuk melakukan pendekatan yang seimbang antara kehidupan, agama dan bernegara,” kata dia. “Toleransi dalam kehidupan pesantren lama, terjalin dengan sangat baik dalam kehidupan sehari-hari santri.”
Menurutnya, ekstrimisme kemungkinan ada di pondok pesantren baru, di mana Islamnya sama, namun jiwa dan rohnya berbeda. Dia juga beranggapan bahwa banyak santri yang pergi ke luar negeri untuk belajar Islam namun ajarannya masih terpengaruh dengan suasana politik setempat yang akhirnya ketika pulang membuat mereka menjadi Islam yang ekstrem dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia.”Misalnya, di Timur Tengah, Asia Selatan dan sekitarnya,” kata dia menambahkan.
Dia juga menegaskan bahwa hal tersebut diperparah dengan pasca reformasi yang membuat Indonesia menjadi negara yang sangat terbuka termasuk dalam hal ideologi yang akhirnya menjadi friksi-friksi (perpecahan).
“Saya sepakat dengan Pak Menteri, bahwa Indonesia, paling bagus toleransi beragamanya di seluruh dunia ini. Karena pendahulu kita telah membuat konsep agar Indonesia menjadi bangsa yang toleran,” kata Hasyim.
Hasyim menyatakan bahwa yang terjadi di Indonesia bukanlah intoleransi yang meningkat, namun kepada kurang siapnya masyarakat Indonesia dalam memahami demokrasi yang melaju sangat cepat dan spektakuler di negeri ini. (kemenag.go.id)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...