Hatta Rajasa Banggakan Prestasi Saat Menristek
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Calon Wakil Presiden (Cawapres) Republik Indonesia 2014 nomor urut satu, Hatta Rajasa membanggakan beberapa prestasinya saat menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri.
Menurutnya, hasil temuan genetik di bidang pangan yang telah dimodifikasi dan diaplikasikan hingga kini oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan beberapa perguruan tinggi, serta larangan membangun pembangkit dibawah 15 mega watt tanpa kolaborasi nasional, merupakan prestasinya sebagai menteri pada periode 2001-2004.
“Pada bidang pangan begitu banyak temuan genetik modifikasi yang diaplikasikan LIPI dan BPPT yang bermanfaat. Hal tersebut juga kami fokuskan pada perguruan tinggi, Institut Pertanian Bogor. Hingga saat ini, hal tersebut tetap dijalankan dan sangat bermanfaat,” ucap Hatta, dalam acara Debat Cawapres di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Minggu (29/6).
“Sedangkan di bidang energi, saya mengeluarkan larangan agar tidak kembali membangun pembangkit di bawah 15 mega watt tanpa kolaborasi nasional. Oleh karena itu, kita membangun dua kali tujuh mega watt di kalimantan timur, hal tersebut berlangsung hingga sekarang,” Hatta menambahkan.
Sebagai Menristek, pada tahun 2002 Hatta juga menuntaskan undang-undang yang menjadi dasar agar dunia usaha bisa mengeluarkan dananya dan pemerintah dapat mengeluarkan insentif untuk itu. Menurutnya undang-undang menjaga kondusif lingkungan.
“Saya juga meletakkan dasar-dasar untuk mengembangkan sistem penelitian, pengembangan, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, tahun 2002 saya menuntaskan undang-undang sistem nasional penelitian, pengembangan, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Cawapres dari Koalisi Merah Putih itu.
Selanjutnya, Hatta juga menyampaikan alasan mengapa Indonesia masih melakukan impor beras. Menurut alasan yang dikatakannya, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat asing yang berada di Indonesia.
“Bila kita masih mengimpor beras, karena ada bagian kita untuk mengimpor kebutuhan masyarakat asing yang membutuhkan beras tertentu. Tapi bagi kebutuhan mendasar, kita telah swasembada pangan. Kecuali pada iklim ekstrim, dimana produksi kita terganggu, maka Indonesia melakukan impor,” tuturnya.
Oleh karena itu, bersama Prabowo Subianto, Hatta ingin memasukan pengembangan dan riset masalah pangan menjadi salah satu agenda, bila mereka terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia lima tahun ke depan.
“Oleh karena itu, agenda riset ke depan adalah membangun, mengembangkan, riset-riset yang berkaitan dengan masalah pangan dan energi kita,” tutup Hatta.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...