Hebatnya Sukhoi Su-27 dan Su-30 Flanker, Penempur Andalan TNI AU
SATUHARAPAN.COM - Adanya program target pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) Tahap I membuat kekuatan TNI saat ini lebih berotot. Jika di awal reformasi tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 kekuatan TNI sangat memprihatinkan, saat ini kekuatannya sudah jauh lebih baik meskipun belum ideal.
Seluruh matra sudah mulai mendapatkan alat utama sistem senjata yang mumpuni. Sebut saja TNI AD sudah mulai menerima tank kelas berat Leopard 2A4 Rev, TNI AL sudah punya korvet canggih dari kelas SIGMA serta TNI AU sudah lengkap mempunyai satu skadron penuh jet tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30 Flanker. Itu baru tahap awal. Masih banyak alutsista lain yang akan terus berdatangan.
Di artikel ini akan dibahas mengenai penempur kelas berat TNI AU yakni Su-27 dan Su-30 Flanker. Apa kehebatan mesin perang buatan Rusia yang sangat disegani pilot tempur NATO ini?
Sejarah Singkat Pengembangan Su-27
Seperti disarikan dari indomiliter.com, sejarah Su-27 diawali pada tahun 1969. Ketika itu, Uni Soviet yang terlibat perang dingin dengan Amerika Serikat, ingin menandingi program jet tempur F-15 Eagle. Mengantisipasi hal itu, Uni Soviet segera membentuk program PFI (perspektivnyi frontovoy istrebite/Advanced Frontline Fighter), program pengembangan pesawat untuk menandingi jet tempur baru Amerika Serikat. Dalam perjalanannya, proyek ini dipecah dua, dengan pertimbangan efisiensi biaya.
Yang satu menjadi LPFI (Lyogkyi PFI, atau Lightweight PFI), yang di kemudian hari melahirkan jet tempur taktis MiG-29 Fulcrum. Satunya lagi adalah TPFI (Tyazholyi PFI/Heavy PFI) yang kelak akan melahirkan Su-27 Flanker dan varian-variannya. Kelak MiG-29 akan menjadi penanding F-16 Fighting Falcon dan Su-27 menjadi lawan dari F-15 Strike Eagle
Su-27 dan Su-30 Indonesia
Perkenalan Indonesia dengan pesawat tempur ini sebenarnya dimulai sekitar tahun 1996 tatkala Presiden Soeharto memerintahkan delegasi yang dipimpin Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) Ginandjar Kartasasmita untuk menyambangi pusat produksi jet tempur milik Rusia.
Ada 2 alasan mengapa Pemerintah Indonesia tertarik dengan pesawat tempur Rusia ini? Alasan pertama adalah pesawat tempur TNI-AU yang ada sudah banyak yang menua, seperti A-4 Skyhawk dan OV-10 Bronco. Dan alasan kedua adalah pesawat yang relatif lebih baru seperti F-16 Fighting Falcon, Hawk 100/200 dan F-5E Tiger sebagian besar harus grounded akibat embargo senjata yang diberlakukan Amerika Serikat dan sekutunya berkaitan masalah Timor Timur.
Karena desakan kebutuhan, maka Indonesia mencari alternatif lain. Salah satunya adalah Rusia. Negeri yang dahulu bernama Uni Soviet ini juga punya banyak produk pesawat tempur mutakhir yang tak kalah dengan produk blok Barat.
Setelah melalui berbagai pertimbangan dipilihlah Su-27 Flanker, pesawat tempur multi guna mutakhir yang juga menjadi andalan angkatan udara Rusia.Dari Rusia sendiri pilihan sebenarnya ada dua, MiG-29 Fulcrum dan Su-27 Sukhoi. Namun pilihan dijatuhkan pada Su-27 karena memiliki daya gempur lebih kuat daripada MiG 29. Total pesawat yang dipesan adalah 12 unit.
Namun sayang, pembelian tak terealisasi karena Presiden Soeharto keburu lengser dan Indonesia dilanda krisis ekonomi dahsyat. Baru di era Presiden Megawati Soekarnoputri di tahun 2003, jet-jet tempur ini hadir di Indonesia yakni 2 unit Su-27SK dan 2 unit Su-27MK meski masih tanpa persenjataan.
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melanjutkan kebijakan ini dengan melengkapinya menjadi satu skadron penuh berisi 16 pesawat plus sistem persenjataan yang terintegrasi di dalamnya. Tidak hanya Su-27, tapi juga versi Su-30 yang lebih baru juga dipesan Pemerintah Indonesia. Pesawat tempur ini masuk jajaran Skadron Udara 11 yang berbasis di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin Makassar.
Kemampuan Su-27 dan Su-30
Boleh dibilang Flanker adalah salah satu masterpiece industri pesawat tempur Rusia. Dirancang sebagai pesawat serba bisa, ganas sebagai pencegat (interceptor), trengginas untuk duel udara (fighter), dan mumpuni untuk mendukung serangan darat (air support/attacker). Mampu terbang di segala cuaca, tetap garang meski diterbangkan di udara kutub yang beku, dan handal saat dioperasikan di suhu lembab dan panas wilayah tropis.
Tak seperti jet-jet tempur Soviet sebelumnya yang umumnya tampak kuno dan kaku, Flanker sudah memiliki bentuk futuristik dan modern. Sudah pula menerapkan teknologi pengendalian fly by wire dengan kokpit digital. Bodi streamline, menggunakan sirip tegak ganda, sayap luas, berbahan titanium dan aluminium alloy berkekuatan tinggi menghasilkan pesawat tempur yang ringan namun kokoh.
Mesinnya sendiri menggunakan dua Lyulka Saturn AL-31-F Turbofan, yang masing-masing memiliki tenaga dorong 12.550 kg. Mesin ini didesain dan dibuat oleh Lyulka Engine Design Bureau (NPO Saturn). Lubang air intake yang berada di bagian bawah, memiliki jarak lumayan lebar antara satu dengan yang lainnya. Selain alasan safety, juga menambah luas permukaan untuk daya angkat pesawat. Selain itu, ruang antara dua mesin itu bisa dipakai untuk menggendong berbagai macam peluru kendali (rudal).
Lubang air intake dilindungi semacam kisi-kisi super kecil untuk mencegah debu dan partikel lain masuk ke mesin, terutama saat take off dan landing. Sementara lubang sembur jet menggunakan konsep thrust vectoring. Teknologi revolusioner ini memungkinkan arah semburan jet bisa diatur, sesuai dengan pergerakan pesawat. Itu yang membuat Flanker punya kemampuan hebat dalam manuver. Sebuah konsep yang pernah ditiru Amerika Serikat, namun belum sukses sampai sekarang.
Karena itulah, Flanker mampu menggendong arsenal dengan total berat 6.000 kg. Termasuk diantaranya, rudal udara ke udara tipe Beyond Visual Range (BVR) Vympel R-27 memiliki jangkauan lebih dari 100 kilometer. Untuk menghancurkan sasaran darat, Su-27 dan Su-30 TNI AU dilengkapi dengan bom OFAB-100 buatan dalam negeri. Dikabarkan, Sukhoi TNI AU ini akan dilengkapi dengan rudal Zvezda Kh-31P. Rudal ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive guidance untuk menyergap sasaran darat maupun udara seperti sistem pertahanan udara musuh atau pesawat mata-mata seperti AWACS, dari jarak 200 km. Rudal anti-radar ini bisa mematikan sistem penjejaknya saat diserang.
Sedangkan untuk perang jarak dekat (dogfight) Su-27 dan Su-30 dilengkapi kanon GSh-30 kaliber 30 mm. Sistem kanon pesawat ini berbeda dengan pesawat tempur buatan Blok Barat yang biasanya menampung banyak peluru. Sukhoi ini hanya memuat 150 butir amunisi. Tapi jangan salah, sistem pengarah optis OEPS-27 menjamin akurasi jatuhnya pesawat musuh dengan seminim mungkin peluru ditembakkan.
Jangkauan radar Phazotron N-001 Zhuk juga mengagumkan. Mampu mencium dan melacak target sekecil 3 meter persegi yang berada 100 km di depan pesawat, 40 km di belakang pesawat dan mampu mengunci 10 sasaran sekaligus. Su-27 dan Su-30 TNI AU menggunakan sistem pembidik infrared search and track (IRST), yang ditempatkan di bagian depan kokpit. Sistem ini terintegrasi dengan sistem laser range finder. Sistem ini bisa digabungkan dengan sistem radar, dan bisa pula bekerja terpisah, apabila pilot hendak melakukan serangan diam-diam (silent attack).
Sementara untuk menghindari sodokan perang elektronika lawan, Su-27 dan Su-30 punya perlengkapan counter measure electronics yang mampu memberi peringatan kepada pilot. Sistem peringatan ini terdiri dari radar peringatan, chaff dan infrared decoy –keduanya perangkat pengalih kejaran rudal, dan bisa dilengkapi dengan multi-mode jammer aktif, yang ditempatkan di wingtip.
Sebagai pesawat multirole, Flanker bisa melejit dengan kecepatan 2.500 km per jam (mach 2,5) pada ketinggian jelajah. Dengan kemampuan menanjak 325 meter per detik, atau 64 ribu kaki per menit, Flanker sudah mampu mencapai ketinggian terbang maksimal 18.500 meter dalam waktu tidak lebih dari semenit.
Pilihan Tepat
Bagi Indonesia duo Flanker adalah pilihan tepat. Secara teknis, Flanker sangat pas untuk melakukan misi patroli udara untuk mengcover wilayah Indonesia yang terbentang mencapai 5.000 km ini. Jet canggih ini mampu menempuh jarak tempur 3.000 km, tanpa perlu pengisian bahan bakar di udara. Jika diperlukan, pesawat tanker KC-130B yang juga dimiliki TNI AU sanggup melakukan air refueling (pengisian bahan bakar di udara) untuk memperpanjang jangkauan terbangnya.
Saat ini Su-27 dan Su-30 TNI AU sudah lengkap 16 unit dan komplet dengan berbagai persenjataannya. Bahu membahu dengan F-16 Fighting Falcon, F-5E Tiger II dan Hawk 200, duo Flanker ini akan siap selalu mengawal dirgantara Republik Indonesia
Editor : Prasto Prabowo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...