Heri Dono Gelar Workshop: Wayang untuk Semua
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah dua hari sebelumnya, Minggu (2/7) siang digelar Electronic & Kinetic Workshop sebagai rangkaian pameran tunggal perupa Heri Dono bertajuk "The Secret Code of Heri Dono", Selasa (4/7) sore Studio Kalahan yang berada di Dusun Patukan, Ambarketawang Kec. Gamping - Sleman menggelar Wayang workshop bersama Heri Dono.
Sebanyak 40 peserta dalam lintas usia, asal, latar belakang mengikuti Wayang workshop. Dua orang masih dalam usia taman kana-kanak. Tiga seniman (musisi-desain grafis) datang langsung dari Bandung mengikuti workshop sejak hari Minggu. Dua perupa asal Afganistan Amin Taasha dan Mumtaz turut pula mengikuti workshop yang dipandu langsung oleh perupa Heri Dono.
Workshop berlangsung selama 3,5 jam dengan pembuatan watang berbahan kertas. Heri Dono hanya memberikan ilustrasi sedikit tentang wayang dalam wacana klasik-kontemporer, setelah itu peserta workshop diberikan kebebasan untuk membuat karakter wayang
"Tidak harus bisa menggambar dengan bagus. Silakan tuangkan imajinasi secara bebas dalam bentuk gambar. Nanti kita bersama-sama membuatnya." kata Heri Dono mengawali workshop-nya.
Dalam pembuatan wayang kertas diperlukan alat-bahan yang bisa diperoleh di sekitar masyarakat dengan mudah. Alatnya berupa alat tulis (pensil, spidol), pemotong kertas (cutter), gunting, kuas gambar berbagai ukuran, paku pelubang. Sementara bahannya adalah kertas putih (jika diperlukan) untuk membuat sketsa awal, kertas strawboard ukuran 40, bilah bambu untuk pegangan wayang, selotape kertas, bekas cotton bud untuk pengancing wayang, serta cat warna akrilik.
"Pemilihan bahan kertas untuk memudahkan pengerjaan serta bisa didapatkan di sekitar kita. Bahkan anak-anak pun bisa membuatnya sendiri dengan bantuan saat memotong pola wayang. Jika dengan bahan kulit, selain mahal proses pembuatannya bisa memakan waktu lama. Satu wayang kulit mungkin memerlukan waktu hingga satu bulan. Belum lagi jika bahan kulitnya tidak bagus, justru nanti wayangnya jadi tidak lurus-kaku." kata Heri Dono kepada satuharapan.com di sela-sela acara workshop, Selasa (4/7) sore.
Koleksi wayang Heri Dono sendiri seluruhnya berbahan kertas strowboard (masyarakat awam menyebutnya kertas serobot). Agar tetap awet dan kaku, sebelum pewarnaan Heri Dono melapisinya dengan sejenis resin. Pada awal berkaryanya, Heri Dono sempat membuat beberapa wayang dari bahan kulit.
"Dengan membebaskan peserta untuk berimajinasi, wayang yang telah menjadi warisan budaya Indonesia tidak kehilangan konteksnya. Generasi saat ini (dan nanti) bisa menginterpretasi dan mengeksplorasi wayang dalam konteks jamannya, sementara di sisi lain wayang dengan berbagai pakem yang sudah ada tetap bisa dipelajari, dilestarikan, dan dikembangkan." kata Heri Dono lebih lanjut.
Setelah selesai pembuatan wayang kertas, peserta workshop dibagi menjadi lima kelompok untuk mementaskan karya wayangnya secara kolaboratif-spontan. Lima kelompok dalam waktu sekitar lima menit menyusun skenario pementasan dengan karakter wayang yang dimilikinya. Menarik ketika perupa muda Mumtaz dan Amin Taasha memainkan dalam dialog berbahasa Inggris.
Tidak seperti pada pertunjukan wayang kulit, penonton menyaksikan pementasan wayang dari balik layar (kelir) yang disoroti lampu blencong dari arah panggung pementasan. Dengan demikian, penonton menyaksikan pementasan karakter ciptaan peserta workshop dan dimainkan secara bersama-sama dalam bentuk bayang-bayang.
Pada penutupan pameran "The Secret Code of Heri Dono" yang rencananya dihelat pada Jumat (7/7) malam, Heri Dono akan memainkan sendiri koleksi wayang kertas legendanya dengan lakon "Momotaro" di Studio Kalahan, Patukan, Gamping-Sleman.
Dengan Wayang workshop yang melintasi batas usia, lintas batas budaya, lintas batas disiplin ilmu, Heri Dono seolah hendak menyampaikan sebuah pesan penting: wayang untuk semua. Dimanapun. Kapanpun. Oleh siapapun.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...