Hidup di Negeri Serbagampang
SATUHARAPAN.COM Teman saya memutuskan untuk belajar nyetir mobil walau belum punya mobil. Semangatnya menggebu. Kebetulan ia melihat mobil sekolah mengemudi parkir di tepi jalan. Ia segera menghampiri dan ngobrol dengan pengemudinya.
Mengaku sebagai instruktur, pengemudi itu bilang bahwa dia bisa mewujudkan keinginan teman saya saat itu juga. Karena urusannya mudah, teman saya langsung setuju. Ia langsung latihan menyetir di jalan raya sebanyak enam kali didampingi instruktur tersebut. Setelah selesai, teman saya itu disuruh datang ke kantor polisi untuk mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM). Ia hanya dibekali secarik kertas tertulis nama seseorang serta nomor teleponnya.
Di kantor polisi teman saya langsung disuruh foto dan diambil sidik jarinya. Tak lama kemudian SIM-nya jadi. Teman saya rada bingung. Ia tidak diberi materi belajar menyetir. Ia tidak dapat sertifikat. Ia tidak ikut tes di lapangan. Tetapi, SIM sudah di tangan.
Inilah kenyataan negeri kita. Dengan diiming-imingi kemudahan proses, masyarakat menjadi lebih suka mengambil jalan pintas. Ngapain susah-susah, jika tersedia jalan mudah? Mungkin itu juga salah satu penyebab ruwetnya persoalan lalu lintas negeri ini.
Kasihan negeri kita, jika warga negaranya lebih suka mencari jalan gampang. Betapa mengerikannya masa depan Indonesia jika semua serbagampang selama ada uang. Mari kita membangun citra bangsa menjadi lebih baik! Mulailah dari lingkungan kita sendiri: hidup bersih dan tidak mengambil untung dari orang lain! Merdeka!
editor: ym indrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...