Hidup Memang Penuh Risiko
Bersediakah kita menanggung risiko demi yang terpenting dalam hidup?
SATUHARAPAN.COM – Hidup memang penuh risiko. Seorang petani yang menanam padi, meski benihnya unggul, tak pernah bisa memastikan bahwa proses berjalan dengan baik dengan hasil berlimpah. Bisa saja di tengah jalan terjadi kekeringan atau banjir, yang akan membuat gagal panen. Namun demikian, Sang Petani tetap setia membajak sawahnya, menanam, serta memelihara sawahnya.
Kisah Orang Kisah Majus yang datang ke Yerusalem (Mat. 2:1-12) memperlihatkan kepada kita adanya sekelompok orang yang berani mengambil risiko. Perjalanan pada masa itu tentulah lebih sulit ketimbang masa sekarang. Namun, mereka pergi juga. Sebagai pencari-pencari kebenaran, mereka berani mengambil risiko untuk pergi. Tak mudah bagi kita, manusia abad XXI, membayangkan suasana perjalanan tersebut. Tetapi, para Majusi tetap mengambil risiko dengan pergi ke Yerusalem; untuk menyembah Raja, yang sejatinya tidak ada hubungan langsung dengan mereka. Dengan kata lain, mereka siap mengambil risiko menjadi orang asing.
Menjadi orang asing bukan perkara biasa. Bagaimanapun, kita harus siap mendengarkan bahasa asing. Atau, kita perlu juga menyiapkan diri dengan bahasa asing tersebut. Kita bisa saja menggunakan jasa penerjemah. Tetapi, kita tahu percakapan dengan penerjemah tidaklah alami. Itulah risiko pertama yang mereka ambil.
Risiko kedua, ternyata orang-orang di Yerusalem belum mendengar sedikit pun kabar tentang Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu. Artinya, kabar yang mereka bawa bisa dikategorikan sebagai tindakan subversib. Mereka bisa saja dianggap menghasut orang banyak, yang memang tidak puas dengan pemerintahan Herodes. Tak heran, jika mereka kemudian diundang secara diam-diam—bahasa halus untuk ditangkap—oleh penguasa untuk diinterogasi. Dan mereka diperintah penguasa untuk pergi ke Betlehem.
Risiko ketiga, mereka berani mengambil tindakan untuk tidak kembali ke istana Herodes setelah bertemu dengan Raja. Dengan kata lain, sebagai orang asing mereka berani mengambil sikap melawan pemerintah. Mereka sengaja tidak menaati penguasa setempat.
Hidup memang penuh risiko. Tetapi, pertanyaannya ialah apakah kita berani mengambil risiko untuk mendapatkan yang terpenting dalam hidup itu sendiri? Itulah yang dilakukan para Majusi. Mereka berani mengambil risiko hanya dengan satu tujuan: menyembah Raja yang baru dilahirkan itu!
Mereka sendiri tidak kenal Raja tersebut. Tetapi, itulah yang mereka lakukan. Ketika tantangan datang mereka tetap fokus pada tujuan mereka: menyembah Raja yang baru dilahirkan itu. Bahkan, mereka bersedia melawan penguasa. Mungkin, tanpa mereka sadari, mereka telah membuat Herodes tidak menemukan Yesus dan membunuh bayi itu.
Pertanyaannya: Bersediakah kita menanggung risiko demi yang terpenting dalam hidup? Jika kita bersedia, Allah pun akan menolong kita untuk tetap fokus pada tujuan dan akhirnya mencapai tujuan tersebut. Selamat menjalani tahun 2015 yang penuh risiko ini bersama Tuhan!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...