Hidup yang Berbuah
Kaul kemiskinan berarti juga hidup hemat.
SATUHARAPAN.COM – Hamba Allah tak hanya status. Hamba Allah merupakan panggilan untuk menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. Itulah titik tekan khotbah Yohanes Pembaptis—”… hasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan!” (Mat. 3:8). Dalam BIMK tertera: ”Tunjukkanlah dengan perbuatanmu bahwa kamu sudah bertobat dari dosa-dosamu.”
Yohanes Pembaptis tak asal ngomong. Dia sendiri telah hidup dalam pertobatan itu. Meski ada kesempatan baginya untuk menjadi Mesias, Raja yang dinanti-nantikan Israel, Yohanes Pembaptis tidak menghiraukannya. Bahkan dia belajar untuk hidup miskin.
Matius menggambarkannya sebagai pribadi yang ”memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan” (Mat. 3:4). Jubah bulu unta adalah pakaian paling kasar waktu itu dan makanannya adalah belalang dan madu liar. Agaknya Yohanes Pembaptis mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Belajar hidup miskin adalah mengutamakan kebutuhan ketimbang keinginan.
Sewaktu pertama kali hendak membeli laptop seseorang tidak bertanya kepada saya berapa dana yang saya sediakan, tetapi dia bertanya saya menggunakan laptop itu untuk apa. Setelah saya mengatakan bahwa laptop itu hanya akan saya gunakan untuk menulis. Dia lalu berkata, ”Ini sudah cukup, Pak!”
Dalam gereka Katolik ada kaul kemiskinan dalam gereja Katolik. Kaul kemiskinan tidak hanya persoalan menjadi miskin, tetapi juga tertib administrasi. Siap mempertanggungjawabkan setiap rupiah yang kita miliki. Dan kaul kemiskinan berarti juga hidup hemat.
Anda mungkin bertanya, ”Lalu sisanya buat apa?” Kita belajar hidup hemat agar kita punya kesempatan untuk berbagi kepada orang lain. Zaman semakin susah. Karena itulah kita harus mau hidup hemat agar bisa berbagi. Dan itulah hidup yang berbuah!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...