Jangan Anggap Remeh!
Dalam kerendahan hati ada kemuliaan!
SATUHARAPAN.COM – Dalam beberapa hal, acap kali kita menganggap remeh suatu hal, atau bahkan seseorang. Bahkan tidak jarang, kita melakukan penilaian berdasarkan pada tampilan luar. Jika manusia, sering kita menilai secara fisik. Sedangkan pada barang, kita lihat bungkusnya. Pada suatu keadaan? Kita lihat yang terjadi saat ini, tanpa sebuah analisis.
Coba kita sedikit mengingat apa yang terjadi pada waktu belakangan ini, terutama suhu politik di DKI Jakarta. Semua terasa panas dan berjalan dengan cepat. Caci-maki mewarnai perjalanannya. Tetapi, tidak sedikit juga pesan perdamaian yang ingin ditampilkan. Tidak mudah memang melihat situasi politik ini. Apalagi awam seperti saya, kadang gelap, dan jauh dari harapan yang baik. Kerumunan massa yang tidak terbendung beberapa waktu ini membuat saya gugup, juga takjub karenanya. Massa tidak hanya hadir dari DKI Jakarta, massa hadir dari berbagai pelosok. Sungguh hebat pola pengorganisasian yang dilakukan. Di situ saya kagum. Yang membuat takjub adalah, dari mana kekuatan (terutama) finansial pada aksi-aksi ini?
Aksi satu dengan yang lain seperti aksi saling tanding. Walaupun tidak sepenuhnya seperti itu. Pun di sana ada kekaguman, apa yang membuat massa begitu massif. Bisa jadi karena sebuah ideologi, bisa jadi karena kesamaan kepentingan, atau bisa jadi karena ikut-ikutan.
Dalam gonjang-ganging politik di DKI yang lekat dengan isu SARA ini, sering kita skeptis pada sikap pimpinan negara ini. Sepertinya tidak ada yang dilakukan memuaskan kita. Kepuasaan akan kerinduan pimpinan yang tegas berdiri di atas konstitusi dan keberagaman. Nyinyir kita sering tidak beda dengan para pembenci. Asumsi kita berkelindan atara meragukan kompetensi, terhasut hoax media sosial, bahkan karena kesombongan kita merasa lebih hebat darinya. Kita menilai karena dia dari kampung, tidak banyak pengalaman di ibukota. Bahkan ada yang menilai karena fisik dan kekuatan politiknya .
Pada 2 Desember lalu kita diperlihatkan sebuah tontonan yang luar biasa. Sejak pagi hari, berita soal penangkapan orang yang selama ini kita pikir menjadi biang kerok hiruk pikuk kebencian di DKI terjadi. Siangnya, di antara hujan kita menyaksikan sebuah kebesaran jiwa pimpinan negara ini. Hadir dengan payung di tangannya, santai melangkah untuk beribadah. Siapa yang menyangka, di tengah caci-maki dan rumor yang dia hadapi, dia hadir bersama orang-orang yang mungkin di antaranya pernah mencacinya. Dialah pimpinan yang memiliki hati seluas samudera. Dia tahu prioritas mana yang harus dilakukan, dia tahu melangkah di antara bidak catur yang sedang dimainkan. Lebih dari itu, dia hadir sebagai seorang pemberani, berdiri demi keutuhan negara yang dia pimpin.
Pelajaran 212 ini adalah jangan pernah anggap remeh. Apa pun juga siapa pun karena di balik yang kita lihat, selalu ada hal yang tidak mampu kita lihat. Selamat belajar berbesar hati dan merendahkan hati karena di sana akan ada kemuliaan!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...