Hikmat Allah
SATU HARAPAN.COM - ”Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” (Mzm 8:2).Dalam mazmurnya, Daud menegaskan bahwa pusat keagungan adalah Tuhan, bukan manusia. Allahlah pusat penyembahan manusia. Masalahnya: yang sering terjadi bukan Allah yang disembah, tetapi manusia. Lebih sering lagi, diri sendirilah yang disembah.
Daud cukup punya alasan untuk pengakuan imannya itu. Jika dibanding ciptaan lain—”Jika aku melihat langitmu, buatan jari-Mu…” (Mzm 8:4)— Allah memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat. Hanya kepada manusialah Tuhan mengaruniakan hikmat. Itulah yang membedakannya dari makhluk lain.
Jika binatang mengandalkan naluri untuk mempertahankan hidup, manusia mengandalkan akal budi. Adakah ayam merenung? Rasanya, kok tidak! Manusia mampu merenung. Manusia mampu berdialog tak hanya dengan manusia lain, tetapi juga dengan dirinya sendiri. Sekali lagi, Allah memberikan hikmat kepada diri manusia.
Hikmat Allah itu telah ada sejak permulaan zaman (Ams 8:22). Dia tak sekadar kuasa, melainkan pribadi nyata. Penulis juga menyatakan bahwa hikmat Allah berperan dalam penciptaan dan membimbing manusia untuk mengenal Allah.
Dengan kata lain, hikmat Allah bekerja dalam diri manusia agar mampu memenuhi panggilannya selaku ciptaan Tuhan yang mulia. Hikmat itu pulalah yang memampukan manusia untuk memandang hidupnya melalui sudut pandang Sang Pencipta. Dan itu hanya mungkin terjadi kala manusia bersekutu dengan Allah dan tunduk pada kehendak Allah. Dan itulah hakikat sebuah ibadah.
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...