Hillary Clinton: Kebangkitan Militan Kegagalan Obama
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Mantan menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan pada Minggu (10/8) menyalahkan bangkitnya militan Islam di Gaza di Irak dan Suriah karena gagalnya kebijakan AS di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama.
Clinton secara khusus menyalahkan keputusan AS untuk tidak ikut campur dalam pemberontakan melawan Presiden Bashar al-Assad Suriah sebagai pembuka jalan bagi faksi pemberontak ekstrem, Islamic State (ISIS).
“Kegagalan untuk membantu membentuk pasukan tempur tepercaya dari orang-orang yang merupakan penggagas protes melawan Assad—ada Islamis, ada sekularis, ada semua pihak di kelas menengah—kegagalan itu membuat kekosongan besar, yang kini diisi jihadis,” ungkap Clinton kepada Atlantic.
Clinton, yang diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai kandidat kepresidenan, merupakan pendukung kebijakan mempersenjatai pemberontak Suriah ketika dirinya masih menjadi menteri luar negeri selama masa jabatan pertama Obama.
Dia diwawancarai sebelum keputusan Presiden Obama pada Kamis untuk memerintahkan serangan udara terbatas guna menghentikan pergerakan ISIS ke Kurdistan, yang mengancam warga negara dan fasilitas AS serta menyebabkan ribuan pengungsi melarikan diri ke pegunungan.
Obama, yang mengawasi penarikan AS dari Irak pada 2011, berjanji untuk tidak mengirim pasukan AS kembali ke negara itu dan mengatakan bahwa Irak perlu menghadapi ancaman jihadis dengan membentuk pemerintahan persatuan inklusif.
Namun, Clinton menyatakan dalam wawancara itu bahwa Obama tidak memiliki strategi dalam mengatasi ancaman jihadis.
“Negara-negara besar memerlukan prinsip pengorganisasian, dan ‘jangan melakukan hal-hal bodoh’ bukanlah prinsip pengorganisasian,” ungkapnya merujuk pada slogan Obama.
Dia mengatakan bahwa AS harus mengembangkan strategi “menyeluruh” untuk melawan ekstremisme Islamis, menyamakannya dengan perjuangan panjang AS melawan komunisme yang dipimpin Soviet.
“Salah satu alasan mengapa saya khawatir dengan apa yang terjadi di Timur Tengah sekarang adalah karena kemampuan besar kelompok jihadis yang dapat memengaruhi Eropa, dapat memengaruhi AS,” ungkapnya. “Kelompok jihadis mengatur wilayah. Mereka tidak akan pernah cukup puas berada di sana. Mereka akan melakukan perluasan. Alasan dasar mereka adalah melawan Barat, dan kita semua masuk dalam salah satu kategori ini.”
Argumentasi Clinton, yang dianggap sebagai upaya untuk menjauhkan dirinya dari Obama, menggemakan kritik Republik yang menuduh Obama membiarkan kekosongan kekuatan berkembang dengan tidak menunjukkan kepemimpinan AS dalam mengatasi konflik Suriah, Irak dan Ukraina. (AFP)
Presiden Prabowo dan PM Modi Bahas Kerja Sama Kesehatan hing...
RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM-Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengadakan pertemuan ...