Hingga Mei 2016 Utang LN Swasta Turun, Pemerintah Naik 12,8%
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) swasta terus mengalami penurunan hingga Mei 2016, menjadi 163,6 miliar dolar AS atau turun 3,5 persen (year on year/YOY) dibandingkan Mei 2015.
Jika dibandingkan April 2016, ULN swasta juga turun 1,6 miliar dolar AS, dari posisi 165,2 miliar dolar AS.
Deputi Gubernur BI Perry Wajiyo di Jakarta, hari Selasa (19/7), mengatakan penurunan ULN swasta itu lebih karena kecenderungan pembayaran ULN yang bergeser ke awal tahun, bukan di pertengahan tahun.
Penurunan ULN itu juga bukan semata-mata karena lesunya kegiatan usaha sehingga tidak membutuhkan tambahan pembiayaan.
"Ada kecenderungan pengusaha-pengusaha itu membayar lebih awal. Itu terjadi, dan taun ini makin tinggi. Pengusaha cukup rasional," kata dia di Gedung DPR.
Pembayaran utang lebih awal itu juga tidak hanya terjadi untuk ULN. Kata Perry, swasta juga cenderung membayar lebih awal untuk utang penarikan kredit dari perbankan dalam negeri.
"Mereka lebih baik menggunakan dananya itu untuk bayar utang lebih awal, itu juga untuk membayar kredit lebih awal ke bank dalam negeri," ucapnya.
ULN swasta, menurut data BI per Mei 2016, meraup 52,1 persen dari total utang Indonesia
Sedangkan porsi utang publik atau pemerintah sebesar 47,9 persen dari total ULN. Utang publik pada Mei 2016 sebesar 150,7 miliar dolar AS atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 153,8 miliar dolar AS. Namun jika dibandingkan Mei 2015, ULN publik tumbuh 12,8 persen (YOY).
Secara keseluruhan, ULN pada Mei 2016 sebesar 314,3 miliar dolar AS. Jika dibandingkan April 2016, ULN turun 4,7 miliar dolar AS. Sedangkan jika dibandingkan Mei 2015, ULN Indonesia tumbuh 3,7 persen (YOY).
Perry mengatakan, jika dibandingkan April 2016, pertumbuhan ULN secara tahunan pun melambat. Pada April 2016, pertumbuhan ULN secara tahunan (YOY) sebesar 6,3 persen.
"Jadi postur ULN masih relatif sehat," ujarnya.
Selain itu, porsi ULN Indonesia masih didominasi ULN jangka panjang yang mencapai 275,5 miliar dolar AS atau 87,6 persen dari total ULN. Hal ini membuat kemampuan bayar Indonesia memadai.
"Penarik utang lebih banyak investasi jangka panjang, dan sedikit untuk yang jangka pendek," ujar dia.
Sementara, ULN berjangka pendek sebesar 38,8 miliar dolar AS pada Mei atau 12,4 persen dari total ULN.(Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...