Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:29 WIB | Rabu, 13 November 2024

Hizbullah Mengatakan Belum Menerima Proposal Gencatan Senjata

Kepala kantor media Hizbullah, Mohammad Afif, berbicara dalam konferensi pers di pinggiran selatan Beirut di Lebanon, di tengah permusuhan yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, hari Senin, 11 November 2024. (Foto: Reuters)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Hizbullah belum menerima proposal apa pun mengenai gencatan senjata untuk Lebanon, kata seorang juru bicara pada hari Senin (11/11), sementara menteri luar negeri Israel mengatakan upaya diplomatik telah membuat "kemajuan" dan di tengah laporan media Israel bahwa kabinet telah menyetujui proposal gencatan senjata.

"Sejauh ini, menurut informasi saya, belum ada informasi resmi yang sampai ke Lebanon atau kami terkait hal ini," kata kepala kantor media Hizbullah, Mohammad Afif, dalam konferensi pers di pinggiran selatan Beirut.

"Saya yakin bahwa kami masih dalam tahap menguji situasi dan menyajikan ide-ide awal serta diskusi proaktif, tetapi sejauh ini belum ada yang nyata," katanya.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan pada hari Senin bahwa kemajuan telah dicapai dalam perundingan gencatan senjata Lebanon tetapi penegakan hukum tetap menjadi elemen yang paling penting.

"Ada kemajuan," kata Saar dalam konferensi pers pada hari Senin, seraya menambahkan: "Tantangan utamanya adalah menegakkan apa yang telah disepakati."

Israel Hayom melaporkan pada hari Minggu bahwa kemajuan substansial telah dicapai dalam negosiasi diplomatik atas usulan gencatan senjata Lebanon yang mengharuskan Hizbullah mundur ke utara Sungai Litani, melarang kehadiran militernya di dekat perbatasan Israel, sementara tentara Israel akan kembali ke perbatasan internasional.

Yedioth Ahronoth, surat kabar terlaris Israel, melaporkan pada hari Senin bahwa Israel dan Lebanon telah bertukar draf melalui utusan Amerika Serikat, Amos Hochstein, yang menandakan kemajuan dalam upaya untuk mencapai kesepakatan akhir.

Israel mengatakan pada hari Senin bahwa ada kemajuan dalam pembicaraan tentang gencatan senjata di Lebanon dan mengindikasikan Rusia dapat berperan dengan menghentikan Hizbullah dari persenjataan kembali melalui Suriah, meskipun kelompok yang didukung Iran itu mengatakan belum menerima proposal gencatan senjata apa pun.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan tantangan utamanya adalah menegakkan perjanjian gencatan senjata, dan bahwa Israel bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam upaya diplomatik.

"Saya pikir ada kemajuan tertentu," kata Saar dalam konferensi pers di Yerusalem. "Kami bekerja sama dengan Amerika dalam masalah ini."

"Kami akan siap berada di sana jika kami tahu, pertama-tama bahwa Hizbullah tidak berada di perbatasan kami, berada di utara sungai Litani dan bahwa Hizbullah tidak akan dapat mempersenjatai diri lagi dengan sistem persenjataan baru."

Israel telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap Hizbullah di Lebanon sejak akhir September, menggempur benteng-benteng pertahanannya di pinggiran selatan Beirut, Lebanon selatan, dan Lembah Bekaa, serta mengirim pasukan ke daerah-daerah dekat perbatasan.

Sungai Litani mengalir melintasi Lebanon selatan sekitar 30 kilometer (20 mil) di utara perbatasan Lebanon-Israel.

Di Beirut, seorang pejabat Hizbullah mengindikasikan bahwa intensifikasi upaya diplomatik sedang berlangsung, tetapi mengatakan bahwa baik kelompok itu maupun negara Lebanon belum menerima proposal baru.

"Ada pergerakan besar antara Washington dan Moskow serta Teheran dan sejumlah ibu kota," kata Mohammad Afif dalam konferensi pers yang disiarkan televisi. "Saya yakin bahwa kami masih dalam tahap menguji situasi dan menyajikan ide-ide awal serta diskusi proaktif, tetapi sejauh ini belum ada yang nyata," tambahnya.

Dukungan pada Negara, Bukan Faksi

Perdana Menteri Sementara Lebanon pada hari Senin mendesak masyarakat internasional untuk mendukung negara tersebut, bukan faksi-faksi yang beroperasi di negara tersebut, dan dalam sindiran terselubung terhadap Iran, mendesak negara-negara untuk berhenti mencampuri urusannya.

Pada pertemuan puncak negara-negara Arab dan Islam, Perdana Menteri Najib Mikati menuntut agar negara-negara berhenti "mencampuri urusan internalnya dengan mendukung kelompok ini atau itu, tetapi sebaliknya mendukung Lebanon sebagai negara dan entitas." (Reuters/AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home