Hollande: 700 Orang Prancis Bertempur di Suriah
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan pada Selasa (14/1) bahwa 700 orang telah meninggalkan Prancis untuk bertempur di Suriah dan dia menyebut hal itu merupakan kecenderungan "mencemaskan".
"Sejumlah pemuda Prancis dan anak muda asing yang tinggal di Prancis ... turut bertempur di Suriah -- tercatat 700 orang, itu banyak. Sebagin meninggal," kata Hollande dalam jumpa pers di Paris.
Hollande menegatakan anak-anak muda perlu diperingatkan tentang bahaya pergi ke Suriah dan bahwa Prancis perlu "memerangi sejumlah jejaring dan sarang yang menumbuhkan terorisme".
Para pejabat Prancis telah memperingatkan bahaya dari warga negara Prancis yang turut bertempur dengan kelompok-kelompok ektrimis dan terkait Al Qaeda di Suriah.
Jaksa penuntut umum Paris Francois Molins mengatakan pekan ini bahwa lebih 400 orang siap pergi ke Suriah, atau berada di negara itu atau telah kembali.
Para pejabat keamanan Barat menyatakan ketakutan bahwa para orang asing yang dilatih di Suriah dapat melakukan serangan-serangan di negara mereka sendiri.
Para pejabat mengatakan sekitar 20 orang Prancis telah tewas dalam konflik Suriah.
Dua orang bersaudara diberitakan sekarat dalam kurun waktu masing-masing empat bulan dalam konflik itu. Berita itu menggegerkan negara itu pekan lalu.
Hentikan Dukungan
Kantor berita Prancis dari London melaporkan Inggris dan Amerika Serikat mengatakan kepada oposisi utama Suriah bahwa mereka akan menghentikan dukungan jika kelompok itu tidak mengirim perutusan ke pembicaraan perdamaian pada bulan ini, tulis media Inggris pada Selasa.
"Amerika Serikat dan Inggris mengatakan kepada kami, Anda perlu ke Jenewa," kata pejabat penting Gabungan Bangsa Suriah seperti dikutip BBC dan koran "Guardian".
"Mereka membuat pernyataan sangat jelas bahwa mereka tak akan terus mendukung kami seperti sekarang dan bahwa kami akan kehilangan kepercayaan masyarakat dunia jika kita tidak pergi," katanya.
Tapi, wanita juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Jennifer Psaki menyatakan Menteri Luar Negeri John Kerry, yang mengunjungi Vatikan pada Selasa untuk membahas Suriah, tidak menunjukkan bahwa Amerika Serikat berencana memotong bantuan dalam pernyataan umum atau pribadinya.
Kerry menyatakan terdapat taruhan tinggi dalam permainan SOC (Gabungan Lawan Suriah) dan masyarakat dunia sangat percaya bahwa untuk kepentingan mereka dan kepentingan rakyat Suriah, mereka harus mengirim perwakilan, katanya.
Menurut BBC, pejabat Suriah mempertanyakan apakah Inggris dan Amerika Serikat mempunyai pilihan dengan siapa mereka berurusan, dengan mengatakan, "Apa pilihannya?"
"Mereka memiliki diktator keji, yang menggunakan senjata kimia di satu sisi dan Al Qaeda di sisi lain. Jadi, siapa akan mereka hadapi, jika bukan kami," katanya.
Kerry pada pekan ini berharap bahwa oposisi rezim Suriah itu akan menghadiri perundingan berjuluk Jenewa II tersebut, yang dijadwalkan dibuka pada 22 Januari, dengan mengatakan itu adalah "uji kepercayaan atas semua pihak" dalam kemelut tersebut.
Gabungan Bangsa, nama resmi kelompok utama lawan Suriah, terpecah atas apakah akan menghadiri pembicaraan di kota Montreux (Swiss) itu, tapi diperkirakan membuat keputusan pada Jumat. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...