Hong Kong Peringati 20 Tahun Perpindahan Kekuasaan Inggris
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM - Hong Kong pada hari Sabtu (1/7) mengambil sumpah pemimpin perempuan pertamanya dalam sebuah upacara menandai perpindahan kekuasaan dari London ke Beijing. Di tengah demonstrasi yang membara, presiden Tiongkok mengatakan bahwa 1 Juli 1997 adalah hari kembalinya Hong Kong ke "Tanah Air".
Kota Hong Kong pada hari Sabtu merayakan ulang tahun ke 20 pengalihan dari otoritas Inggris ke Tiongkok. Dalam upacara di Hong Kong Convention and Exhibition Centre Hong Kong, Presiden Tiongkok Xi Jinping melantik pemimpin baru Hong Kong Carrie Lam.
Pada hari Sabtu ini, dia secara resmi menjadi kepala eksekutif perempuan pertama Hong Kong dan pemimpin keempat sejak dipindahkan dari pemerintahan Inggris.
"Rakyat Hong Kong menikmati hak dan kebebasan demokratis yang lebih luas daripada pada waktu lainnya dalam sejarahnya," kata Xi Jinping saat upacara berlangsung.
Carrie Lam beserta kabinetnya bersumpah untuk mengabdi pada Tiongkok dan Hong Kong dan akan menegakkan Undang-Undang Dasar kota semiotonomi itu.
Pada Maret lalu, komite pemilihan Hong Kong memilih Lam, mantan pejabat pemerintah. Namun, komite tersebut dikritik karena diduga mendapat tekanan dari anggota yang pro-Beijing.
Meskipun Undang-Undang Dasar Hong Kong -yang diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1997- menetapkan bahwa kota Hong Kong harus mengelar pemilu yang universal, tetapi usulan untuk mereformasi proses pemilihan itu mandek sejak tahun 2014, ketika demonstrasi pro-demokrasi mulai digelar di seluruh kota.
Presiden Xi telah berjanji akan menghentikan gerakan-gerakan separatis karena melanggar integritas teritorial Tiongkok. Tahun lalu, dia mengatakan bahwa "tidak akan membiarkan siapapun, kelompok manapun, partai politik manapun" yang bertujuan memisahkan wilayah negara tersebut.
Sehari sebelumnya, dalam upacara memperingati pemindahan Hong Kong dari pemerintahan Inggris ke Tiongkok, Xi mengatakan bahwa masalah antara Hong Kong dan Tiongkok tidak boleh ditangani dengan "sikap emosional".
"Dalam 20 tahun sejak Hong Kong kembali ke tanah air, keberhasilan 'satu negara, dua sistem' diakui oleh seluruh dunia," kata Xi, Jumat (30/6).
"Tentu saja, selama pelaksanaannya, kami telah bertemu dengan beberapa situasi baru, isu baru dan tantangan baru. Keadaan itu perlu dilihat dengan benar dan dianalisis secara rasional ... Masalahnya tidak menakutkan. Kuncinya adalah memikirkan cara untuk memecahkan isu ini," tambah Presiden Xi. (dw.de)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...