Houthi Bentuk Pemerintahan Yaman, Dikecam Negara-negara Teluk
SATUHARAPAN.COM - Negara-negara Teluk dan PBB mengecam kelompok Syiah Houthi di Yaman yang membentuk pemerintahan "keselamatan nasional" di negara itu yang telah dilanda perang sejak dua tahun terakhir.
Pada hari Senin (28/11), Houthi dan pasukan sekutunya dari mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, mengumumkan dari ibu kota Yaman, Sanaa, yang mereka kuasai sejak tahun 2014, tentang pembentukan pemerintah "keselamatan nasional."
Pemerintahan itu dipimpin oleh Abdul Aziz Bin Habtoor, mantan gubernur kota Aden di Yaman selatan. Pemerintah baru terdiri dari 35 menteri, termasuk tujuh menteri negara dan tiga wakil perdana menteri.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (29/11), utusan PBB, Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan bahwa pembentukan pemerintahan baru Yaman bertentangan komitmen yang dibuat oleh para pihak dalam konflik Yaman dan mempersulit upaya untuk mencapai solusi damai.
"Para pihak harus memegang kepentingan nasional Yaman atas ambisi partisan sempit dan segera mengambil langkah untuk mengakhiri perpecahan politik dan mengatasi keamanan negara, tantangan kemanusiaan dan ekonomi," katanya, dikutip AFP.
Sementara negara-negara kerja sama teluk (GCC/Gulf Cooperation Council), menolak pemerintahan Syiah Houthi itu. Blok ini menegaskan bahwa Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi, yang mereka dukung, masih presiden Yaman yang sah.
"Pembentukan pemerintahan baru membuktikan bahwa Syiah Houthi dan pengikut Saleh tidak serius terlibat dalam negosiasi politik," kata Sekretaris Jenderal GCC, Abdullatif al-Zayani dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan upaya Houthi bertujuan untuk "menyerang upaya yang dilakukan oleh utusan PBB untuk mengakhiri perang di Yaman, dan menghidupkan kembali negosiasi politik dengan maksud untuk mencapai solusi politik".
Pada hari Selasa, presiden Yaman mengatakan pengumuman Houthi itu dimaksudkan untuk melemahkan upaya perdamaian di Yaman yang dilanda perang.
Kecaman serupa terhadap pemerintah yang dibentuk Houthi di Yaman disamapaikan oleh Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), seperti dilaporkan Al Arabiya.
Yaman dilanda perang saudara sejak akhir 2014, ketika kelompok Syiah Houthi dan pasukan pro Abdullah Saleh menyerbu Sanaa dan bagian lain dari negara itu. Serangan memaksa Hadi dan anggota pemerintahannya yang didukung Arab Saudi mengungsi di Riyadh.
Tahun lalu, Arab Saudi dan sekutu Arabnya meluncurkan serangan udara besar-besaran di Yaman yang bertujuan memulihkan pemerintah Hadi.
Dua putaran pembicaraan damai yang didukung PBB telah gagal untuk menyelesaikan konflik di negara itu, di mana ribuan warga Yaman telah tewas dan sekitar 2,5 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...