Houthi Yaman Merebut Kantor HAM PBB di Sanaa
SANAA, SATUHARAPAN.COM-Kelompok Houthi Yaman menyerbu markas besar Kantor hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di ibu kota Yaman, Sanaa, menyita dokumen, perabotan, dan kendaraan, kata seorang pejabat senior PBB, hari Selasa (12/8).
Penyitaan tersebut merupakan langkah terbaru dalam tindakan keras Houthi terhadap orang-orang yang bekerja dengan PBB, lembaga bantuan, dan kedutaan asing.
Tindakan keras tersebut dilakukan saat kelompok yang didukung Iran tersebut telah menargetkan pengiriman di seluruh koridor Laut Merah terkait perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.
Kelompok Houthi mengambil alih kantor Kantor Hak Asasi Manusia PBB di Sanaa pada 3 Agustus, setelah memaksa pekerja PBB Yaman untuk menyerahkan barang-barang, termasuk dokumen, perabotan, dan kendaraan, kata Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, dalam sebuah pernyataan.
"Pasukan Ansar Allah harus meninggalkan kantor dan segera mengembalikan semua aset dan barang-barang," kata Turk, menggunakan nama resmi kelompok Houthi.
Seorang juru bicara kelompok Houthi tidak membalas panggilan telepon dan pesan yang meminta komentar.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan telah menangguhkan operasi kantor di Sanaa dan wilayah Yaman lainnya yang dikuasai kelompok Houthi setelah operasi penumpasan pada bulan Juni. Namun, kantor tersebut masih beroperasi di wilayah Yaman yang dikuasai oleh pemerintah yang diakui secara internasional.
Pada bulan Juni, kelompok Houthi menahan lebih dari 60 orang yang bekerja dengan PBB dan LSM lainnya, menurut Kantor Hak Asasi Manusia PBB.
Di antara para tahanan tersebut terdapat enam pekerja Kantor Hak Asasi Manusia, yang bergabung dengan dua rekan mereka yang ditahan oleh kelompok Houthi pada bulan November 2021 dan Agustus 2023, katanya.
Beberapa hari setelah operasi penangkapan, pihak Houthi mengatakan mereka telah menangkap anggota yang mereka sebut sebagai "jaringan mata-mata Amerika-Israel."
Pihak Houthi mengeluarkan pengakuan yang mereka sebut sebagai rekaman video oleh 10 warga Yaman, beberapa di antara mereka mengatakan mereka direkrut oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yaman.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan salah satu stafnya yang ditahan sebelumnya muncul dalam sebuah video di mana ia dipaksa untuk mengakui tuduhan, termasuk spionase, kata kantor tersebut. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Rusia Hadapi Masalah Ekonomi Yang Berat di Tengah Perang Ukr...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Inflasi yang membandel, biaya pinjaman yang selangit, risiko kebangkrutan, d...