Hujan Buatan Dilakukan Cegah Kebakaran di Riau
PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Indonesia, melaksanakan modifikasi cuaca untuk menghasilkan hujan buatan, sebagai bentuk pencegahan menghadapi tingginya potensi kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau akibat pengaruh fenomena Elnino.
"Bencana ini (kebakaran hutan dan lahan) bisa dihindari, risikonya bisa dikurangi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Syamsul Maarif, pada peluncuran teknologi modifikasi cuaca di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Senin (22/6).
Turut hadir menyaksikan peluncuran program itu Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, Sekretaris Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Soni Solistia, dan Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nur Madripatin.
"Dana yang kami sediakan untuk teknologi modifikasi cuaca adalah sebesar Rp 25 miliar," katanya.
Syamsul Maarif menjelaskan, Riau hingga kini memang masih berada dalam status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan yang diperpanjang mulai Mei hingga Oktober mendatang.
Pemerintah, merasa perlu untuk mempercepat tindakan pencegahan karena fenomena Elnino, berdasarkan analisis dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), akan berdampak besar pada penurunan curah hujan yang mengakibatkan kemarau panjang hingga Desember 2015.
Apabila pemerintah terlambat melakukan pencegahan, lanjutnya, maka lahan gambut yang kering akan menjadi bahan bakar bagi kebakaran besar, yang mengakibatkan polusi asap parah di Riau seperti tahun 2013-2014, yang mengkibatkan jatuh satu korban tewas, puluhan ribu warga sakit, sekolah terpaksa diliburkan dan mengganggu hubungan diplomatik dengan Singapura dan Malaysia.
Selain modifikasi cuaca, ia mengatakan pemerintah juga melakukan upaya penyekatan kanal (canal blocking) sebagai bentuk pencegahan.
Seluruh biaya penanganan tersebut, menggunakan dana siap pakai dari BNPB. Inti dari kedua upaya tersebut adalah untuk menjaga agar kondisi lahan gambut tetap dalam kondisi basah, agar tidak mudah dibakar maupun terbakar.
Upaya pencegahan itu, akan berjalan sinergis dengan sosialisasi kepada masyarakat dan penegakan hukum terhadap pembakar lahan.
"Kita harus antisipasi dampaknya yang mengerikan, karena sekali terbakar maka akan sulit dipadamkan. BNPB akan membantu Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kehutanan serta tongkat komando di daerah tetap di tangan Pelaksana Tugas Gubernur Riau," katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, meminta agar semua pemerintah kabupaten/kota di Riau saling berkoordinasi, untuk pencegahan kebakaran. Ia menilai sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak lagi membakar lahan perlu terus digiatkan, karena budaya tersebut masih saja terus digunakan dengan alasan motif ekonomi untuk bertahan hidup.
"Masalah perut karena ekonomi tidak bisa dibenarkan, karena dampak dari kebakaran sangat besar terhadap kesehatan dan pendidikan," katanya.
Selain itu, ia juga meminta agar semua pejabat dan pegawai tidak menjadikan puasa Ramadan sebagai alasan untuk tidak bekerja keras, melakukan pencegahan kebakaran. "Yang tidak boleh makan kan hanya siang hari saja, hanya ditukar jadi makannya malam," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman ini.
Sekretaris Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Soni Solistia mengatakan, teknologi modifikasi cuaca untuk tahap awal akan menebar sekitar 25 ton garam (NaCl) ke kumpulan awan di angkasa. Penyemaian awan akan menggunakan pesawat CN-295 milik TNI AU, yang dilengkapi dengan alat canggih sehingga mampu menampung empat ton garam sekali terbang.
"Ini adalah modifikasi cuaca tahap kedua, setelah sebelumnya pada bulan Maret hingga April 2015 telah dilaksanakan di Riau, dan berhasil mengurangi titik panas secara signifikan," katanya.
Sementara itu, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Nur Madripatin memprediksi teknologi modifikasi cuaca apabila berhasil akan bisa mengurangi dampak perubahan iklim dari pemanasan global akibat pengaruh Elnino.
"Mempengaruhi perubahan iklim tidak terlalu signifikan, namun iya modifikasi cuaca ini bisa sedikit mengurangi pemanasan global," kata Nur Madripatin. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Ikuti berita kami di Facebook
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...