Hujan Lebat dan Longsor, Cile Krisis Air Bersih
SANTIAGO, SATUHARAPAN.COM – Empat juta orang di Santiago tidak mendapatkan air bersih ketika hujan lebat melanda di Cile yang memicu terjadinya tanah longsor, sehingga mencemari pasokan air kota tersebut dan memaksa tambang tembaga terbesar di dunia tersebut ditutup, seperti disampaikan oleh pejabat setempat pada hari Minggu (17/4).
Hujan deras membanjiri sebagian dari tambang besar El Teniente, yang memaksa perusahaan negara Coldeco tersebut menghentikan seluruh operasinya selama kurang lebih tiga hari. Tambang yang terletak di kaki bukit Andes, sekitar 150 kilometer selatan dari Santiago, ditutup untuk memungkinkan para teknisi dan kru membersihkan tanah longsor dan mengembalikan aliran kembali “yang menyebabkan kerusakan” mesin, kata Coldeco pada hari Minggu malam.
Penutupan sementara El Teniente setidaknya telah mengakibatkan hilangnya produksi sekitar 5.000 ton tembaga, menurut perusahaan tersebut. Cile merupakan salah satu negara penghasil tembaga terbesar di dunia yang memproduksi sekitar sepertiga dari produksi global.
Sementara badan tanggap darurat nasional di Kota Santiago mengumumkan status siaga di kota tersebut yang berpenduduk lebih dari tujuh juta orang akibat air kotor. Hujan lebat menerpa kaki bukit Andes sejak hari Jumat (15/4) dan diikuti tanah longsor yang jatuh ke Sungai Maipo dan Mapocho.
Wali Kota Santiago Claudio Orrego mengatakan pada hari Sabtu (16/4) malam bahwa putusnya akses air bersih berdampak pada empat juta jiwa, satu juta lebih banyak dari yang diumumkan beberapa jam sebelumnya.
Produksi air kran turun hingga mencapai 35 persen dari tingkat normal, kata Eugenio Rodriquez selaku manajer perusahaan air Aguas Andinas.(Ant)
Editor : Sotyati
Victor Wembanyama Buat Rekor Langka di NBA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Victor Wembanyama kembali mencuri perhatian dunia basket dengan mencatatk...