Hukuman ala Suku Babemba
Semua orang bisa berbuat salah.
SATUHARAPAN.COM – ”Bagaimana mungkin aku melupakan kejadian itu. Kaulah yang menyelamatkan ayahku dari terkaman harimau!”
”Ketika rumah kami terbakar, kaulah satu-satu orang yang berani menerobos masuk dan membawa keuar bayi kami.”
”Yang paling aku ingat dari dirimu adalah ketika kami sekeluarga kelaparan karena ladang gagal panen, kau dengan senang hati berbagi makanan dengan kami setiap harinya.”
Suku Babemba di Afrika mempunyai ritual menghukum yang unik. Jika seseorang kedapatan melanggar adat atau melakukan kesalahan, maka penduduk desa berkumpul disekelilingnya. Kemudian mereka diberi kesempatan untuk menceritakan semua hal baik yang dahulu pernah dilakukan Si Pembuat kesalahan. Tidak boleh ada yang mengucapkan tuduhan atau hal buruk, semua hanya mengatakan yang baik-baik saja. Setelah semua orang kebagian untuk ”mengata-ngatai” orang itu, mereka pun meninggalkannya seorang diri untuk merenung.
Sekarang tengoklah sekitar kita, masyarakat modern yang jauh lebih terpelajar. Bagaimana kita memberlakukan sebuah penghukuman? Begitu jauh berbeda dari apa yang dilakukan oleh suku Babemba. Jangankan untuk mengatakan hal yang baik, yang membangun, kita cenderung melampiaskan amarah kita kepada mereka yang bersalah. Bahkan tidak jarang kita menghina dan merendahkan mereka secara pribadi. Tidak perduli keluar dari konteks, yang penting kita puas. Penghukuman yang sangat destruktif.
Yang lebih aneh lagi adalah kemudian kita berharap dari kecaman tanpa ampun yang kita lakukan, orang yang bersalah itu dapat memiliki motivasi dan harga diri yang utuh untuk memperbaiki kesalahan mereka. Seharusnya kita sadar bahwa sampai kapan pun kecaman, ancaman yang membuat trauma, kata-kata negatif, penghinaan tidak akan mengantarkan siapa pun ke arah yang lebih baik. Semua itu lebih mungkin mengantarkan seseorang untuk membenamkan diri lebih dalam di kubangan lumpur, dibandingkan membuatnya kuat dan percaya diri untuk bangkit kemudian berjalan lagi.
Semua orang bisa berbuat salah. Namun, hanya sedikit dari mereka yang mau mengakui dan menarik pelajaran dari kesalahan. Dan lebih sedikit lagi orang bijak yang sanggup memperlakukan orang yang bersalah dengan tepat.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...