HUT DKI: Revitalisasi Kota Tua Bergantung Passion Gubernur
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Legislator asal daerah pemilihan DKI Jakarta III Tantowi Yahya mengatakan revitalisasi kawasan Kota Tua sebagai aset sekaligus magnet pariwisata berkonotasi ekonomi bagi DKI Jakarta bergantung keinginan dari pemimpinnya.
“Revitalisasi kawasan Kota Tua sebagai preservasi aset kota dan juga sebagai upaya menjadikannya magnet bagi pariwisata yang pada gilirannya akan menjadi salah satu pendulang pemasukan bagi masyarakat yang konotasinya ekonomi itu bergantung pada passion pemimpinnya, dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta,” ujar Tantowi kepada satuharapan.com, saat ditemui di Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (16/6).
Menurut dia, bila seorang gubernur memiliki keinginan yang tinggi, maka pewujudan kawasan Kota Tua sebagai aset sekaligus magnet pariwisata berkonotasi ekonomi bagi DKI Jakarta akan cepat terealisasi. Namun, bila tidak memiliki keinginan, yang terjadi seperti saat ini, berbagai alasan disampaikan gubernur untuk menghindari masalah sesungguhnya pewujudan itu terbengkalai.
“Saya lihat lebih kepada gubernurnya di sini, bukan pada aspek regulasinya. Karena regulasinya sudah ada (UU No 29/2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta), timnya juga sudah lama dibentuk, bahkan ada yang bekerja secara mandiri tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yaitu para pencinta kawasan Kota Tua,” ujar Tantowi.
“Tapi gerakan mereka sangat terbatas, karena tidak didukung dengan anggaran tadi itu,” dia menambahkan.
Seharusnya Jadi Destinasi
Senada, legislator asal daerah pemilihan DKI Jakarta II Biem Triani Benjamin mengatakan seharusnya kawasan Kota Tua bisa menjadi salah satu destinasi pariwisata Kota DKI Jakarta karena memiliki potensi yang sangat bagus.
“Seharusnya menjadi destinasi buat pariwisata, karena itu (kawasan Kota Tua) bagus sekali,” ujar politisi Partai Gerindra itu.
Menurut putra ketiga dari seniman serbabisa Benyamin Sueb (almarhum) itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya melihat kondisi sejumlah bangunan tua di negara lain yang terawat dan terpelihara dengan baik, sehingga menjadi entitas kota tersebut.
“Bangunan tua pada rusak, kalau dibanding dengan negara lain, itu luar biasa, kota tua, bangunan bersejarah itu seharusnya dijaga dan dipelihara. Jadi bagus sekali. Nanti jadi entitas kota itu sendiri,” ujar dia.
Dia pun berharap proses modernisasi tidak menjadikan bangunan tua yang memiliki sejarah menjadi rusak. “Jangan sampai begitu, itu tidak bagus,” ujar Biem.
Rencana Restorasi
Menghidupkan Kota Tua menjadi destinasi wisata budaya dan sejarah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Pembangunan Kota Tua Jakarta (JOTR) merencanakan membangun fasilitas pendidikan dan komunitas untuk film, musik, serta teater di kawasan itu.
Pembaruan Kota Tua menjadi restorasi kebudayaan difokuskan di gedung yang berlokasi di Jalan Malaka nomor 7-9, Jakarta Barat. Restorasi merupakan instruksi dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok awal tahun kemarin.
“Awalnya, Ahok berinisiatif membuat tempat untuk screening film. Yang pada waktu itu dibicarakan memang baru film. Lalu Ahok berpandangan DKI akan menyewa gedung BUMN selama 20 tahun. JOTRC diminta mengurus perizinan,” ujar Lin Che Wei, CEO JOTRC beberapa waktu lalu kepada satuhaparan.com.
Gedung akan menjadi pusat pendidikan eksternal dan pembentukan komunitas film, musik, dan teater di Kota Tua.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...