HUT DKI: Derap Langkah Si Ratu dari Timur
Merayakan ulang tahun ke-488, satuharapan.com menurunkan tulisan-tulisan tentang Jakarta, mulai Sabtu (20/6) hingga Selasa (23/6).
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Si Ratu dari Timur, juga disebut Batavia Lama atau Kota Tua Jakarta telah kembali hidup beberapa tahun belakangan. Berderap perkembangannya ‘dipecut’ jajaran pejabat kerah putih, disulap kembali menjadi penyokong perekonomian. Nyawanya hidup bersama pesona kolonial.
Berbagai pembenahan dilakukan, mulai dari normalisasi hingga revitalisasi. Komunitas hiburan bertumbuh subur. Pengunjung bertambah angka setiap akhir pekan. Hakikatnya sebagai pusat niaga masa lampau mulai terekam di benak wisatawan lokal maupun mancanegara.
Puluhan pasangan tiap pekan mengabadikan momen bersama di depan gedung-gedung bernilai historis tinggi untuk dipamerkan di undangan pernikahan. Ada pula pelaku seni yang mengabadikannya sebagai objek.
Belum lama ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI kembali mendengungkan melakukan perencanaan restorasi Kota Tua menjadi pusat kebudayaan. Dikembangkannya Kota Tua menjadi area seni dan budaya menurut sastrawan Goenawan Mohamad telah menghidupkan kembali wilayah itu sebagai pembelajar kehidupan artistik. Masyarakat bisa belajar dan menghayati dinding-dinding diam penyimpan kisah perjalanan kota yang dulunya didiami VOC ini.
Namun, derap Kota Tua nampaknya tak seimbang dengan penataannya yang masih sedikit tertatih. Penataan pedagang kaki lima (PKL), misalnya. Pemerintah masih harus terus kucing-kucingan menata PKL ilegal yang menyerbu lokasi wisata ini tiap akhir pekan. Tak jarang pula aparat ‘memainkan’ para pedagang, memanfaatkannya menjadi ladang basah penghasil uang.
“Jika tak mau diusir, kami harus menyetor pungutan ke Satpol PP Rp 2.000 sehari. Ke Hansip Rp 2.000 juga,” ujar Yono, salah satu pedagang tahu gejrot kepada satuharapan.com pekan lalu.
Permainan oknum aparat pemerintah daerah ini diakui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja atau Ahok telah mengakar sejak lama. Penertiban diakui hanya formalitas untuk menjalankan perintah gubernur.
Selain itu, bau menyengat dari sungai di kawasan tersebut cukup mengganggu pengunjung. Meski sampah di sungai sudah dapat ditumpas bersih, air yang menggenang telanjur tercemar limbah. Bukan lagi damai ricik air jernih yang didapat, tetapi rupa air hitam pekat yang menjadi pemandangan.
Menuju Kota Tua sebagai destinasi unggulan yang siap dipasarkan, Pemerintah DKI harus lebih siap mengayuh upaya untuk merevitalisasi Kota Tua, dari ‘akar’ hingga ‘ujung dahan’.
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...