Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 09:51 WIB | Senin, 22 Juni 2015

HUT DKI: Sabira, Pesona Penjaga Utara Laut Jakarta

Gambar udara Pulau Sabira atau Pulau Sebira. (Foto: Istimewa/screenshoot)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pulau Sabira. Tak banyak yang tahu pesona diorama surga tersembunyi di pulau paling utara dan paling jauh dari daratan Jakarta ini. Letaknya berada pada kordinat 05°12′18.5″S 106°27′39.4″E dan masih terdaftar dalam gugusan pulau Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Tak terelakkan lagi kecantikan yang ditawarkan si penghujung utara tersebut. Kualitas kejernihan air, rupa laut yang masih perawan, dan pantai yang belum terjamah tumpukan sampah oleh ulah nakal para pendatang menjadi daya tarik utama. Bila beruntung, perjalanan menuju Pulau Sabira akan diantar arak-arakan luma-lumba yang meloncat-loncat indah mengikuti ritme kapal.

Mercusuar Noord Wachter peninggalan zaman Belanda 1869 pada masa Raja Willem III juga masih berdiri gagah di Sabira. Keberadaan bangunan setinggi 50 meter itu seolah meneguhkan pulau Sabira sebagai pula berpenghuni sejak ribuan tahun lalu.

Pulau Sabira memiliki infrakstruktur umum seperti puskesmas, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Rata-rata masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang.  

Uniknya, menurut Bupati Kepulauan Seribu, Tri Djoko Sri Margianto, penghuni yang jumlahnya tak lebih dari 500 orang ini merupakan masyarakat asli Bugis dan Mandar. Sementara itu, masyarakat asli Betawi justru terhitung minoritas di pulau yang luasnya tak mencapai 10 hektar itu.

Desain bangunan yang berdiri pun menyerupai bangunan rumah adat Sulawesi berupa panggung-panggung meski kini sudah dimodifikasi dengan bangunan modern. Seperti halnya pulau-pulau kecil di Indonesia, arus listrik yang mengalir di pulau ini belum dapat dinikmati sepanjang hari selama 24 jam.

“Ya karena bahan bakar listriknya masih menggunakan solar dan diesel, jadi masih terbatas. Untuk mengangkut bahan bakar ke Sabira pun mahal. Ngangkutnya ke sana susah dan jatuhnya mahal banget,” ujar Tri kepada satuharapan.com, Jumat (19/6) di Balai Kota DKI.

Saat ini pun belum ada investor yang datang ke Pulau Sabira. Namun bila suatu saat investor datang, Tri mengatakan masyarakat telah siap menyambut Sabira menjadi destinasi wisata. Kini, belum ada pula homestay yang berdiri di pulau penjaga laut utara Jakarta ini. Wisatawan yang datang biasanya tinggal di rumah-rumah penduduk.

Aksesibilitasnya juga masih tergolong sulit. Dari pelabuhan Marina Ancol, wisatawan disarankan naik kapal besar menuju Pulau Pramuka, Pulau Kelapa, atau Pulau Harapan, selanjutnya diteruskan menunggang kapal nelayan jurusan Pulau Sabira. Minimnya akses menuju Pulau Sabira diakui Tri membuat pulau ini seakan eksklusif dan hanya dapat dijangkau oleh wisatawan kelas atas.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home