HUT Ke-66 PGI: Gereja yang Peduli dan Berbagi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) merayakan hari ulang tahun ke-66 yang jatuh pada tanggal 25 Mei 2016. Tahun ini, PGI mengangkat tema “Gereja yang Peduli dan Berbagi”.
“PGI menetapkan Tema Bulan Oikoumene Tahun 2016, yakni “GEREJA YANG PEDULI DAN BERBAGI”, yang diinspirasi oleh pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dalam 2 Korintus 8:1-15. Tema ini menjadi penting sebab kini acapkali kita hanya mau memberi dari kelebihan kita dan hanya ketika situasi kita sedang nyaman tanpa gangguan,” kata Kepala Humas PGI Jeirry Sumampow melalui siaran pers yang diterima oleh satuharapan.com di Jakarta, hari Rabu (25/5).
Tema itu dipilih karena ada beberapa alasan yaitu negara ini masih belum merdeka dari kebebasan beribadah, kemiskinan, ketidakadilan, paham radikalisme yang menguat, kerusakan ekologis, korupsi yang masih merajalela, peredaran narkoba yang tak terkendali dan perdagangan manusia yang masih marak.
Situasi ini, lanjut dia, makin diperparah oleh kecenderungan menguatnya gaya hidup individualistis. Banyak orang semakin tidak peduli dengan orang lain dan apa yang terjadi di sekitarnya. “Sejauh tidak menggangu diri saya, maka bukan urusan saya”.
Menurut dia, gereja pun sedikit banyak terkena pengaruh nilai-nilai dan gaya hidup seperti ini, misalnya, gereja masih berkutat pada urusan internal. Sangat disayangkan bahwa berita Injil menuntut pengikut Kristus untuk hidup dalam persekutuan yang saling peduli dan berbagi, namun tidak jarang kita saksikan masih adanya kesenjangan ekonomi-sosial di dalam jemaat, antarjemaat dan antardenominasi.
“Jika demikian, gereja pun bisa saja tidak peduli terhadap masalah kemiskinan dan ketidakadilan sosial dalam masyarakat kita,” kata dia.
Peduli dan berbagi adalah dua nilai penting dalam kehidupan sebuah masyarakat. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Peduli adalah sebuah sikap dan berbagi adalah sebuah tindakan. Kepedulian menunjukan kesadaran bahwa kita terikat bersama-sama dengan orang lain dalam satu kehidupan bersama, karena kita hidup dalam bumi yang satu.
Dalam kepedulian seperti itulah, lanjut dia, kita lalu dengan rela berbagi. Berbagi bukan karena kita kaya, lebih mampu dan mapan. Tapi karena yang lain adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Berbagi juga bukan semata-mata digerakkan oleh rasa kasihan hendak meringankan beban orang lain, bukan juga agar kita makin popular, tapi supaya ada keseimbangan. Keseimbangan berarti ada harmonis dalam kehidupan meskipun banyak perbedaan.
Gereja diutus ke dalam dunia untuk hadir dan bersaksi melalui gaya hidupnya yang peduli dan rela berbagi sebagaimana yang diteladankan oleh Kristus. Bersama-sama dengan semua yang peduli pada kelanjutan kehidupan yang adil dan sejahtera di bumi ini, marilah kita mengusahakan sebuah kehidupan yang lebih baik dan harmonis.
Editor : Eben E. Siadari
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...