Ibu Kota Finlandia Akan Ambil Alih Bangunan Helsinki Arena dari Pemilik Rusia
Di Rusia seorang dokter divonis penjara karena menentang perang Rusia di Ukraina.
HELSINKI, SATUHARAPAN.COM-Kota Helsinki akan memulai pengambilalihan paksa arena olah raga dan acara terbesar di ibu kota Finlandia dari pemiliknya yang dikenai sanksi dari Rusia, kata dewan eksekutif kota.
Helsinki Arena, tempat konser dan arena hoki es utama, telah ditutup sejak 2022 menyusul sanksi yang dijatuhkan kepada investor Rusia setelah invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina tahun itu.
Tahun lalu, Helsinki mengatakan pengusaha Rusia-Finlandia, Gennady Timchenko, dan Roman Rotenberg, yang mengendalikan perusahaan yang memiliki arena tersebut, akan menghadapi pengambilalihan kecuali mereka secara sukarela menjual properti tersebut.
Federasi Hoki Es Rusia (RIHF), di mana Rotenberg menjabat sebagai wakil presiden, tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Volga Group, yang dikendalikan oleh Timchenko, tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Dewan kota mengatakan pada Senin (11/11) malam bahwa melanjutkan pengambilalihan diperlukan untuk menghentikan kerusakan bangunan dan mencegah kerusakan reputasi Finlandia karena tidak dapat menyelenggarakan acara internasional besar.
Proses tersebut berpotensi memakan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan dan akan memerlukan izin dari pemerintah dan kompensasi kepada pemiliknya, imbuh kota tersebut.
Pihak berwenang di ibu kota pada tahun 2023 memperkirakan bahwa hingga 400 juta euro (US$425,24 juta) pendapatan per tahun hilang untuk hotel, restoran, dan bisnis lainnya selama arena tersebut tidak digunakan.
Semua kepemilikan Timchenko di Uni Eropa telah dibekukan, sementara Rotenberg menjadi sasaran sanksi AS yang dikeluarkan terhadap ayahnya, Boris, dan pamannya Arkadiy beserta keluarga mereka, karena hubungan dekat mereka dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Kedutaan Rusia di Finlandia tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Rusia Vonis Dokter Yang Protes Perang
Sementara itu dari Rusia dilaporkan, pengadilan Rusia pada hari Selasa (12/11) menjatuhkan hukuman lima setengah tahun penjara kepada seorang dokter anak di Moskow, kantor berita negara TASS melaporkan, setelah ibu dari salah satu pasiennya secara terbuka mengecamnya atas komentar yang dibuatnya tentang tentara Rusia di Ukraina.
Jaksa penuntut pekan lalu meminta Nadezhda Buyanova, 68 tahun, dipenjara selama enam tahun karena menyebarkan "berita palsu" tentang tentara Rusia.
Lebih dari 1.000 orang telah dituntut secara pidana di Rusia karena menentang perang, menurut proyek hak asasi OVD-Info, sementara lebih dari 20.000 orang telah ditahan karena melakukan protes.
Kasus Buyanova merupakan bagian dari tren yang lebih luas di Rusia di mana orang-orang saling mengecam atas dugaan kejahatan politik. OVD-Info telah mencatat 21 tuntutan pidana semacam itu dalam lebih dari dua setengah tahun sejak dimulainya konflik.
Eva Levenberg, seorang pengacara untuk kelompok hak asasi manusia, mengatakan kepada Reuters bahwa 175 orang lainnya telah menghadapi kasus administratif tingkat rendah karena "mendiskreditkan" tentara Rusia sebagai akibat dari orang-orang yang memberi tahu mereka, dan 79 dari mereka telah didenda.
Reuters telah meminta komentar dari Kementerian Kehakiman Rusia tentang data OVD-Info dan penggunaan pengaduan untuk mendukung penuntutan, termasuk penuntutan Buyanova.
Kasus terhadapnya secara pribadi diluncurkan pada bulan Februari oleh kepala Komite Investigasi Rusia, yang menangani kejahatan serius. Kasus tersebut dipicu oleh pengaduan dari seorang ibu dari seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang telah membawanya untuk menemui Buyanova di kliniknya.
Ayah anak laki-laki itu, yang telah menceraikan perempuan itu, telah terbunuh saat berperang untuk Rusia di Ukraina. Perempuan itu, Anastasia Akinshina, merekam sebuah video di mana dia mengatakan bahwa Buyanova telah menyebut ayah anaknya sebagai "target sah Ukraina."
Video tersebut diunggah oleh Mash, saluran Telegram dengan lebih dari tiga juta pelanggan yang dekat dengan badan keamanan Rusia.
Buyanova membantah telah membuat pernyataan tersebut. Ia ditempatkan dalam tahanan praperadilan pada bulan April.
Sekelompok dokter Rusia menulis surat terbuka untuk membela Buyanova, menyebut kecaman tersebut sebagai "aib". Sebuah petisi untuk pembebasannya telah mengumpulkan lebih dari 6.000 tanda tangan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...