Ibu Rumah Tangga Mendapat Prasangka Malas, Bodoh, dan Tidak Menarik
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM – Banyak orang mengatakan membesarkan anak adalah pekerjaan paling penting. Tetapi, menurut para ahli, ibu yang tinggal di rumah menghadapi reaksi yang makin kejam oleh orang-orang yang berpikir mereka malas, bodoh, dan tidak menarik.
Seorang akademisi terkenal mengatakan ibu yang menghabiskan sepenuh waktunya untuk tinggal di rumah saat ini mengalami “motherism”, suatu prasangka yang ada di kalangan orang banyak yang tidak terucapkan namun sangat merusak.
Dr Aric Sigman menyanggah prasangka klise yang membentuk sikap menghina terhadap perempuan yang tidak bekerja. Prasangka semacam itu harus diperlakukan dengan serius layaknya rasisme dan seksisme.
Dalam suatu konferensi, para ahli perkembangan anak terkemuka mengatakan munculnya prasangka tersebut telah membantu membuatnya berpendapat yang dapat diterima secara sosial bahwa anak mendapatkan manfaat dari waktu penuh sang ibu.
Dia menambahkan, bukti dari biosains menunjukkan hanya ibu yang bisa memberikan “manfaat yang tak tertandingi” kepada anak-anak dibandingkan orang lain, termasuk ayah.
Dr Sigman mengatakan, “Anda harus membuang prasangka bahwa ibu yang tinggal di rumah secara klise disindir 'mendapatkan bayi dan kehilangan otak'." Komentar seperti itu merujuk ke gerbang sekolah mentalitas ibu atau merelakan diri mati pelan-pelan.
“Implikasinya, dengan menjadi ibu sepenuh waktu, Anda ditundukkan dan diperbudak, bahkan tidak menarik secara seksual. Perempuan yang dianggap berkualitas hanya terkait pada perempuan karier, bersepatu hak tinggi, dan bagai papan berjalan.
Dia menambahkan, “Menjadi seorang ibu, tidak harus menyembunyikan cahaya di balik keranjang. Kontak ibu lebih besar di tahun-tahun pertama, terutama selama masa kanak-kanak yang sangat menguntungkan bagi anak. Masyarakat harus bertanya mengapa hal itu bisa ditafsirkan sebagai perdebatan.”
Konferensi ini diselenggarakan kelompok Mothers At Home Matter yang telah berkampanye melawan wajib pajak yang didukung lembaga penitipan anak bagi orangtua bekerja.
Baru-baru ini kelompok tersebut menantang Kanselir George Osborne atas pernyataannya bahwa menjadi ibu sepenuh waktu adalah pilihan gaya hidup.
Angka terbaru menunjukkan ibu masa kini mayoritas bekerja, dengan banyak melihat orangtua penuh waktu sebagai hal yang terbatas pada orang kaya.
Para ahli tidak setuju mengenai apakah dengan memiliki ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Beberapa studi menunjukkan mereka yang pergi ke tempat perawatan yang baik atau mempekerjakan pengasuh anak bisa lebih siap untuk sekolah dan mampu berkomunikasi dengan lebih efisien.
Kehilangan Sosok Ibu Berpengaruh Jangka Panjang
Namun Dr Sigman, rekanan dari Society of Biology dan sesama asosiasi dari British Psychological Society berpendapat bahwa di masa lalu mungkin ada efek jangka panjang terhadap perawatan balita dalam satu hari penuh.
Dalam bidang akademik, ibu dari empat anak itu mengatakan bahwa sikap menghina terhadap ibu yang tinggal di rumah tampaknya merupakan hasil dari agenda politik dan ekonomi.
Sally Goddard Blythe, ahli perkembangan anak di Lembaga Psikologi Neurofisiologis, setuju dan berkata, “Manusia adalah satu-satunya mamalia yang sengaja memisahkan masa mudanya dari induknya karena alasan ekonomi dan sosial sebelum secara fisik mampu berjuang untuk dirinya sendiri.” (dailymail.co.uk)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...