IDF: Gudang Amunisi Hamas Yang Tersembunyi Mungkin Penyebabkan Kebakaran di Rafah
IDF Selidiki apakah gudang senjata dan bahan mudah terbakar lainnya menyebabkan ledakan susulan yang menyebabkan puluhan orang tewas.
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa gudang senjata yang tersembunyi mungkin menjadi penyebab sebenarnya dari kebakaran mematikan di Rafah, Gaza selatan, dan bahwa serangan udara yang menargetkan daerah yang berdekatan telah menggunakan amunisi kecil yang tidak akan dapat menyalakan api dengan sendirinya.
Militer mencurigai bahwa amunisi atau bahan mudah terbakar lainnya yang tidak mereka sadari menyebabkan ledakan susulan dan kebakaran yang menyebar di kompleks perumahan warga Gaza yang mengungsi di Rafah, menewaskan puluhan warga sipil Palestina, menyusul serangan udara yang menargetkan dua teroris utama Hamas di wilayah tersebut.
Serangan dan kematian tersebut memicu gelombang kecaman internasional, di mana warga Palestina dan banyak negara Arab menyebutnya sebagai “pembantaian.” Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) mengadakan pertemuan darurat pada hari Selasa mengenai insiden tersebut, yang menurut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu adalah “kecelakaan tragis.”
Hal ini terjadi ketika Israel terus melancarkan serangan kontroversialnya di Rafah yang bahkan sebelum serangan itu dimulai, mereka menghadapi perlawanan yang kuat, termasuk dari Amerika Serikat, karena risiko yang dihadapi oleh non kombatan, dengan lebih dari satu juta orang mencari perlindungan di wilayah tersebut di tengah serangan yang sedang berlangsung.
Dalam upaya untuk menjaga warga sipil dari bahaya, IDF telah menginstruksikan mereka untuk pindah ke zona aman yang telah ditentukan, di mana banyak orang yang kehilangan tempat tinggal akibat perang tinggal di tenda-tenda.
Dalam penyelidikan terkini atas insiden tersebut, IDF mengatakan pihaknya telah melacak komandan Hamas, Yassin Rabia, dan Khaled Najjar sebelum serangan terhadap kompleks tempat mereka berada pada hari Minggu (26/5) malam, di lingkungan Tel Sultan di Rafah barat. Menurut intelijen IDF, daerah tersebut telah digunakan untuk aktivitas Hamas, dan sebuah peluncur roket terletak hanya beberapa puluh meter dari tempat kedua komandan tersebut terbunuh.
Menurut IDF, serangan tersebut tidak dimaksudkan untuk melukai warga sipil dan pihaknya telah melakukan langkah-langkah sebelum serangan untuk memastikan tidak ada perempuan atau anak-anak di kompleks Hamas.
Jet tempur Israel juga menggunakan dua amunisi kecil dalam serangan itu, masing-masing dengan hulu ledak seberat 17 kilogram (37 pon), dalam upaya untuk mencegah jatuhnya korban sipil, mengingat lokasinya yang dekat dengan kamp pengungsi Palestina, kata militer.
Namun, setelah serangan tersebut, api menyebar di kompleks yang berdekatan tempat warga sipil Palestina berlindung. Menurut otoritas kesehatan Hamas di Gaza, 45 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Dua rudal kecil saja tidak akan cukup untuk memicu kebakaran, menurut penyelidikan awal IDF.
Militer sedang menyelidiki lebih lanjut apa sebenarnya yang memicu kebakaran tersebut. Penyelidikan awal IDF mencurigai amunisi, senjata atau bahan lainnya disimpan di area serangan, sehingga menyebabkan ledakan susulan dan api yang menyebar dan menewaskan warga sipil Palestina.
Sebuah badan militer independen yang bertanggung jawab untuk menyelidiki insiden yang tidak biasa di tengah perang sedang menyelidiki serangan Rafah.
Hal Lain Penyebab Kebakaran
Juru Bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari, dalam konferensi pers berbahasa Inggris hari Selasa (28/5), mengatakan militer masih menyelidiki tragedi tersebut, sekaligus memberikan bukti bahwa kebakaran tersebut disebabkan oleh hal lain di daerah tersebut.
“Pada hari Minggu, kami melenyapkan teroris senior Hamas dalam serangan yang ditargetkan, di kompleks yang digunakan oleh Hamas di Rafah. Serangan tersebut didasarkan pada informasi intelijen yang menunjukkan bahwa para teroris ini, yang bertanggung jawab mengatur dan melaksanakan serangan teror terhadap warga Israel, bertemu di dalam struktur yang kami targetkan,” kata Hagari.
“Kami mengambil sejumlah langkah sebelum serangan untuk menghindari korban sipil. Pengawasan udara, menggunakan amunisi khusus untuk meminimalkan kerusakan tambahan, menunda serangan untuk menilai lebih lanjut perkiraan kehadiran warga sipil, dan cara-cara lainnya,” kata juru bicara tersebut.
“Sedihnya, setelah serangan tersebut, karena keadaan yang tidak terduga, kebakaran terjadi dan merenggut nyawa warga sipil Gaza di dekatnya. Terlepas dari upaya kami untuk meminimalkan korban sipil selama serangan, kebakaran yang terjadi tidak terduga dan tidak disengaja,” lanjutnya.
Hagari mengatakan kematian warga sipil dalam serangan itu adalah “insiden yang menghancurkan, yang tidak kami duga.”
Menampilkan gambar dari lokasi tersebut, Hagari mengatakan IDF “menargetkan bangunan tertutup yang jauh dari area tenda. Tidak ada tenda di sekitar sini.”
“Bertentangan dengan pemberitaan, kami melakukan serangan di luar area yang kami tetapkan sebagai wilayah kemanusiaan dan memanggil warga sipil untuk mengungsi. Serangan kami terjadi lebih dari satu setengah kilometer (0,9 mil) jauhnya dari wilayah kemanusiaan al-Mawasi, yang kami sebut zona aman,” tegasnya. “Serangan itu dilakukan dengan menggunakan dua amunisi dengan hulu ledak kecil, yang cocok untuk serangan yang ditargetkan ini,” kata Hagari, seraya menambahkan bahwa senjata seberat 17 kilogram itu adalah “amunisi terkecil yang dapat digunakan jet kami.”
“Setelah serangan ini, terjadi kebakaran besar, yang penyebabnya masih diselidiki. Amunisi kami sendiri tidak akan mampu menyulut api sebesar ini,” katanya.
“Penyelidikan kami berupaya untuk menentukan apa yang mungkin menyebabkan kebakaran sebesar itu terjadi. Kami melihat segala kemungkinan, termasuk kemungkinan senjata yang disimpan di kompleks dekat target kami, yang tidak kami ketahui, mungkin terbakar akibat serangan tersebut,” tambah Hagari.
Penyelidikan Rekaman Percakapan
Dia mengatakan IDF juga sedang melihat “rekaman, yang didokumentasikan oleh warga Gaza pada malam serangan, yang diposting di media sosial, yang tampaknya menunjukkan ledakan susulan, yang mengindikasikan bahwa mungkin ada senjata di daerah tersebut.”
Bukti lebih lanjut datang dari percakapan telepon antara warga Gaza di mana mereka terdengar menyatakan bahwa ada senjata di daerah tersebut.
“Sinyal intelijen menyadap beberapa pembicaraan telepon yang memperkuat kekhawatiran ini, meningkatkan kemungkinan bahwa senjata yang disimpan di kompleks terdekat terbakar,” katanya, sebelum menyiarkan satu panggilan di mana warga Gaza membahas ledakan tersebut dan “amunisi yang mulai meledak.”
“Ya, ini gudang amunisi. Sudah kubilang itu meledak. Pengeboman Yahudi tidak kuat, hanya rudal kecil, karena tidak membuat lubang besar. Dan setelahnya terjadi banyak ledakan susulan,” salah satu warga Palestina terdengar berkata dalam percakapan telepon tersebut.
“Kami sedang berupaya memverifikasi penyebab kebakaran. Masih terlalu dini untuk ditentukan. Bahkan ketika kami berhasil menemukan penyebab kebakaran yang terjadi, hal ini tidak akan mengurangi tragisnya,” kata Hagari, dan berjanji bahwa penyelidikan akan dilakukan “cepat, komprehensif, dan transparan.”
Hagari menunjukkan bahwa Hamas telah beroperasi di daerah tersebut sejak dimulainya perang pada tanggal 7 Oktober dan menunjukkan gambar yang menunjukkan peluncur roket kelompok teror tersebut berjarak 43 meter dari lokasi yang ditargetkan.
“Hamas menembakkan roket dari peluncur ini ke Israel selama pembantaian pada 7 Oktober,” kata Hagari. Pada hari Selasa, Hamas mengklaim bahwa setidaknya 21 orang lainnya tewas dalam serangan terpisah di zona aman al-Mawasi.
Seorang pejabat pertahanan sipil di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, Mohammad al-Mughayyir, mengatakan mereka tewas dalam “serangan pendudukan yang menargetkan tenda-tenda pengungsi di sebelah barat Rafah.” Hamas mengatakan serangan Israel telah menyebabkan “puluhan orang syahid dan terluka” di daerah tersebut.
IDF mengeluarkan bantahan, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Bertentangan dengan laporan beberapa jam terakhir, IDF tidak menyerang di Area Kemanusiaan di al-Mawasi.”
Dermaga Apung Terputus
Perang di Gaza dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 252 orang disandera. Israel telah berjanji untuk menggulingkan rezim kelompok teror di Gaza dan menjamin pembebasan para sandera.
Pertempuran selama delapan bulan telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur Gaza dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang menurut kelompok bantuan dan PBB menyebabkan wilayah pesisir Gaza dilanda kelaparan.
Dalam kemunduran selanjutnya, sebagian dari dermaga militer Amerika Serikat di lepas pantai Gaza terputus, sehingga dermaga tersebut tidak dapat dioperasikan untuk sementara waktu, kata dua pejabat AS. Hal ini merupakan pukulan terbaru terhadap upaya pengiriman bantuan kemanusiaan ke warga Gaza.
Para pejabat AS, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan cuaca buruk diyakini menjadi penyebab putusnya bagian tersebut. Mereka tidak mengatakan seberapa besar bagian tersebut atau berspekulasi mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan dermaga tersebut untuk kembali beroperasi.
Hal ini terjadi setelah pada akhir pekan lalu, empat kapal yang terlibat dalam pengoperasian dermaga tersebut hanyut dan kandas di pantai Israel.
Dermaga tersebut diumumkan oleh Presiden AS, Joe Biden, pada bulan Maret dan melibatkan militer yang merakit struktur terapung di lepas pantai. Diperkirakan menelan biaya US$320 juta untuk 90 hari pertama dan melibatkan sekitar 1.000 anggota militer AS, dan mulai beroperasi dua pekan lalu.
Sejak dermaga tersebut mulai beroperasi, PBB telah mengangkut 137 truk bantuan dari dermaga tersebut – setara dengan 900 metrik ton – kata juru bicara Program Pangan Dunia PBB. (ToI/Reuters/AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...