IFW 2014: Kedepankan Produk Ramah Lingkungan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indonesia Fashion Week (IFW) 2014 yang digelar 20 – 23 Februari di Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan, mengedepankan Green Movement sebagai arus baru di dalam fashion lokal. Sesuai namanya, Green Movement adalah ajakan bagi pelaku dan pencinta fashion untuk sadar dengan konsep sustainable fashion atau eco-fashion.
Sustainable fashion, atau eco-fashion, atau juga produk fashion yang ramah lingkungan, adalah produk yang diproduksi dengan memperhatikan dampaknya terhadap bumi dan efek sosial yang ditimbulkan. Penggunaan bahan ramah, produk tahan lama, meminimalisasi jejak karbon, hingga kesejahteraan pekerja, adalah hal-hal yang termasuk dalam eco-fashion.
Gerakan itu dalam kaitan dengan IFW, telah ditandai dengan menggelar seminar, bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, didukung Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Chamber Trade of Sweden. Seminar dan lokakarya Sustainable Fashion itu diikuti 30 exhibitor Indonesia Fashion Week 2014 sebagai pesertanya.
Melalui kegiatan itu, Kementerian Perindustrian akan melahirkan Eco-Label, sebuah standardisasi industri hijau yang diberikan kepada industri kecil dan menengah (IKM)/brand yang telah melaksanakan proses sustainable fashion.
Seminar dan lokakarya itu bahkan telah menghasilkan kelompok Fashion Loves Earth, yang di ajang penyelenggaraan Indonesia Fashion Week 2014 ini menjadwalkan mengusung gerakan “Diet Kantong Plastik”, bekerja sama dengan Greenation.
Selain itu, Green Movement juga memiliki program jangka panjang bersama Kementerian Perindustrian, seperti standardisasi proses pewarnaan alam. Gerakan itu sudah dimulai di Swarnafest 2013 di Alor, Nusa Tenggara Timur. Dari gerakan itu diharapkan dapat menawarkan banyak warna baru yang dihasilkan oleh alam Indonesia ke dunia internasional.
Dalam rangkaian kegiatan Indonesia Fashion Week, Kementerian Perindustrian juga menampilkan standardisasi atau pengembangan pola. Program pengembangan pola dilengkapi juga dengan berbagai pengembangan teknis dan desain, yang merupakan satu upaya untuk pengembangan klaster-klaster IKM di daerah potensial industri.
Didukung Selebriti Dunia
Masyarakat global sudah sejak lama berpikir tentang eco-fashion, tepatnya sejak 1990-an, dengan mencoba menciptakan produk-produk ramah lingkungan dan memperhatikan proses produksi dengan seksama, termasuk kesejahteraan pekerjanya.
“Indonesia yang memiliki target menjadi pusat fashion dunia seharusnya mulai aktif berpartisipasi dalam gerakan ini,” kata Direktur IFW Dina Midiani.
Isu Green Movement di dunia fashion tercatat didukung banyak selebriti dunia, seperti Natalie Portman, Cameron Diaz, Alicia Silverstone, Jennifer Aniston, hingga Salma Hayek. Mereka menunjukkan kepedulian dengan item fashion yang mereka pakai dari bahan yang digunakan hingga proses produksi. Mereka setuju tampil gaya seharusnya bisa selaras dengan kepedulian terhadap Bumi.
Bukan hanya itu, penjualan katun organik untuk busana dan produk rumah di negara Barat, misalnya, telah mencapai 4,3 miliar dolar AS pada 2009 dan terus meningkat hingga saat ini. Eropa Timur dan Asia Timur, kata Dina, juga mulai mengkonsumsi produk eco-fashion.
Salah satu kendala Indonesia memasuki pasar internasional khususnya Amerika dan Eropa adalah produk Indonesia belum turut serta dalam gaya hidup itu. “Kalau masyarakat global sudah sibuk dengan isu ini, kenapa kita belum?” Dina mengingatkan.
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...